Hakikat dan Urgensi Metode Tafsir Maudhu’i

Abstract

Metode maudhu’i (tematik) dalam penafsiran Al-Qur’an saat ini dipandang sebagai metode tafsir terbaik untuk menjawab tantangan zaman dengan berbagai persoalan yang semakin kompleks. Diantara bukti nyatanya adalah merebaknya karya tulis berupa metode tafsir tematik saat ini, baik yang ditulis secara individual maupun secara berkelompok dalam sebuah tim. Melihat antusiasme yang sangat tinggi terhadap metode tafsir maudhu’i ini, peneliti memandang perlu untuk mengkaji lebih dalam akan hakikat dan urgensi metode tafsir maudhu’i tersebut. Riset ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan metode maudhu’i dari beberapa aspek penting mulai dari historis, dasar dan urgensi, prosedur hingga kelebihan dan kekurangannya. Penelitian ini bersifat kualitatif, menggunakan metode studi kepustakaan (library research) dan pendekatan deskriftif-analitik. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara historis pondasi metode maudhu’i ini telah muncul dari zaman Nabi saw, namun secara sitematis digagas pertama kali oleh para peneliti di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir di Fakultas Teologi pada abad ke 14 H/20 M. Adapun dasar dan ugensi metode maudhu’i ini adalah bermula pada era Nabi Muhammad Saw untuk menjawab persoalan yang terjadi ketika sahabat bertanya mengenai suatu perkara, Kemudian prosedur yang harus ditempuh pada tafsir tematik ini dimulai dari memilih judul, menentukan ayat, menyusun ayat, mempelajari penafsiran ayat, memahami makna ayat, menyampaikan ide bahasan, memperhatikan metodologi, dan mempunyai tujuan yang jelas. Terdapat banyak kelebihan dari metode maudhui ini diantaranya bersifat praktis, sistematis, dinamis, efektif, efisien, dan dapat menjawab tantangan zaman kontemporer. Adapun kekurangannya yakni membatasi pemahaman ayat dan mempartisi pembahasan ayat yang bersanding dengan tema lainnya.

Study of the Word Rahmah in the Context of Giving Grace to Prophets and Apostles

“…Study of the Word Rahmah in the Context of Giving Grace to Prophets and Apostles related to the discussion based on the history of their descent, then explaining in depth the content of the verses to be discussed, the researcher correlated the verses discussed as a form of the maudhu'i method. (Awadin & Hidayah, 2022) There are several studies similar to this study, including:First, The thesis made by Ibnu Ibrahim from UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta entitledGrace and Pleasure in the Qur'an according to Hamka in Tafsir al-Azhar. This research discusses in terms of grace and favors in which grace is given to humans after death while favors are a gift given to humans to humans as a whole.…”

Diskursus Tafsir Maudhu’i dalam Memahami Al-Qur’an

“…Tafsir Maudhu'i secara sistematis disusun oleh seorang cendekiawan Universitas Al-Azhar pada abad 20 Masehi. Adapun prosedur tafsir maudhu'i disini adalah dengan memilih judul, kemudian menentukan ayat, menyusun ayat, selanjutnya mengkaji penafsiran atas ayat tersebut sehingga dapat dipahami makna dari ayat yang dikaji sehingga selanjutnya dapat disampaikan ide bahasan mengenai ayat tersebut (Awadin & Hidayah, 2022;Maladi, 2021). Penelitian serupa yang dilakukan oleh Moh.…”

Tafsîr Maudhû’î Perspektif Ibn Al-Qayyim: Studi Komparatif Al-Tafsîr Al-Qayyim, Badâ’i’ Al-Tafsîr, Dan Al-Dhau’ Al-Munir ‘alâ Al-Tafsîr

“…maudhû'î merupakan proses pengumpulan beberapa ayat Al-Qur'an secara integral sebagaimana histori kehadirannya yang berfokus pada satu bahasan. 12 Tafsîr maudhû'î umumnya memiliki dua varian model. Pertama, kajian mengenai satu surat secara utuh dengan menjelaskan maksudnya baik yang masih bersifat umum maupun khusus, menjelaskan kaitan dari berbagai masalah terhadap masalah-masalah yang lain, sehingga tampak maksud dari keseluruhan surat tersebut dengan pembahasan yang utuh dan cermat.…”

“…22 Beliau lebih dikenal dengan nama Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah karena bapaknya, Abû Bakr ibn Ayyûb Al-Zur'î adalah seorang kurator (qayyim) yang menjadi pengurus sekaligus pengawas utama pada Madrasah Al-Jauziyyah di Damaskus dalam waktu yang cukup lama; sehingga anak-cucu keturunannya kemudian populer sebagai anak kurator Madrasah Al-Jauziyyah (Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah). 23 MS, IM, dan MDS Yûsuf [12] IL, BF, RM, F, dan MDS Al-Ra'd [13] TW, IM, MDS, dan MS Ibrâhîm [14] IM Al-Hijr [15] F, BF dan MS Al-Nahl [16] IM, MDS, dan US Al-Isrâ' [17] MS, SA, dan Al-Jawâb Al-Kâfî (JK) Al-Kahfi [18] WS dan SA Maryam [19] HA Thâhâ [20] WS, BF, dan MDS Al-Anbiyâ ' [21] F dan JA Al-Hajj [22] BF dan IM Al-Mu'minûn [23] HA dan Al-Shawâ'iq Al-Mursalah (SM) Al-Nûr [24] WS, IJI, dan IM Al-Furqân [25] IM, MS, dan F Al-Syu'arâ' [26] IL dan MDS Al-Naml [27] BF dan THi Al-Qashash [28] MDS Al-'Ankabût [29] IM dan WS Al-Rûm [30] IM dan JK Saba' [34] SM Fâthir [35] THi Yâsîn [36] SA Al-Shâffât [37] JA Shâd [38] HA dan SM Al-Zumar [39] IM, BF, WS, HA, dan RM Ghâfir [40] SA Fushshilat [41] MDS dan JA Al-Syûrâ [42] MD, TW, dan HA Al-Dukhân [44] WS dan HA Al-Jâtsiyah [45] SA Al-Ahqâf [46] TW Muhammad [47] SA Al-Hujurât [49] MS, IM, dan Al-Tibyân fî Ahkâm Al-Qur'ân (TAQ) Qâf [50] F Al-Dzâriyât [51] JA Al-Thûr [52] HA Al-Najm…”