2011
DOI: 10.1080/09766898.2011.11884662
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Genotypic Responses of Cowpea (Vigna unguiculata) to Sub-Optimal Phosphorus Supply in Alfsols of Western Kenya: A Comparative Analysis of Legumes

Abstract: Western parts of Kenya are characterized by acid soils with phosphorus [P] deficiency and aluminum [Al] phytotoxicity. Reports indicate a declining trend in yields of legumes such as cowpeas. Though legumes can fix N, starter phosphorus need to be supplied for better yields and more often plants develop adaptive strategies for better P acquisition; probably through increased Al tolerance by carboxylates exudation, improved nodulation as a result of high P and better root development. Present study examined m… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2018
2018
2020
2020

Publication Types

Select...
2
1

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(1 citation statement)
references
References 21 publications
(29 reference statements)
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Biji kering sayuran polong potensial dikembangkan sebagai sumber protein nabati (18.8-50.7%) (Ningombam et al, 2012;Yao et al, 2015), dapat dijadikan pangan fungsional karena memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dengan indeks glikemiks yang rendah (Marsono et al, 2002) dan bahan obat-obatan (Dhanasekaran et al, 2008). Selain kandungan nutrisi yang tinggi, tanaman sayuran polong dapat dibudidayakan di lahan-lahan marginal (Gweyi-Onyango et al, 2011;Hall, 2012; Win dan Oo, 2015) dan mampu berproduksi dengan baik karena tanaman sayuran polong umunya berasal dari daerah tropis dan telah menyebar luas di Indonesia, berbeda dengan kedelai yang berasal dari daerah subtropis sehingga mengalami kendala rendahnya produktivitas akibat ditanam bukan pada daerah adaptasinya (Nazir et al, 2016).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Biji kering sayuran polong potensial dikembangkan sebagai sumber protein nabati (18.8-50.7%) (Ningombam et al, 2012;Yao et al, 2015), dapat dijadikan pangan fungsional karena memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dengan indeks glikemiks yang rendah (Marsono et al, 2002) dan bahan obat-obatan (Dhanasekaran et al, 2008). Selain kandungan nutrisi yang tinggi, tanaman sayuran polong dapat dibudidayakan di lahan-lahan marginal (Gweyi-Onyango et al, 2011;Hall, 2012; Win dan Oo, 2015) dan mampu berproduksi dengan baik karena tanaman sayuran polong umunya berasal dari daerah tropis dan telah menyebar luas di Indonesia, berbeda dengan kedelai yang berasal dari daerah subtropis sehingga mengalami kendala rendahnya produktivitas akibat ditanam bukan pada daerah adaptasinya (Nazir et al, 2016).…”
Section: Pendahuluanunclassified