2016
DOI: 10.14238/sp16.4.2014.248-53
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Faktor Prognostik Kegagalan Terapi Epilepsi pada Anak dengan Monoterapi

Abstract: E pilepsi merupakan masalah pediatrik yang besar dan lebih sering terjadi pada usia dini dibandingkan usia dewasa. Di seluruh dunia saat ini, terdapat sekitar 40-50 juta pasien epilepsi, 85% berasal dari negara berkembang. 1Prognosis epilepsi dapat diklasifikasikan berdasar kelompok prognosis, yaitu sangat baik, baik, bergantung obat antiepilepsi (OAE), dan buruk. Kelompok prognosis sangat baik ditemukan pada 20%-30% dari semua orang yang mengalami bangkitan kejang tanpa provokasi dan kemungkinan besar remisi … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2016
2016
2022
2022

Publication Types

Select...
2

Relationship

0
2

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(3 citation statements)
references
References 12 publications
(17 reference statements)
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Tujuan penggunaan obat monoterapi yaitu dapat mengontrol kejang tanpa menimbulkan efek samping. Kekurangan dari monoterapi yaitu jika pasien dengan frekuensi kejang sebelum terapi >10 kali dengan kelainanneurologis sebagai penyerta menjadifaktor prognisitik yang menyebabkan pengobatan dengan monoterapi menjadi gagal (Triono and Herini, 2014).Politerapi pada beberapa anak dapat mengontrol kejang hingga 10% jika penggunaan obat pertama tidak tercapai. Namun penggunaan obat secara politerapi dapatmengurangi efektifitas masing-masing obat, menimbulkan toksisitas secara kumulatif, meningkatkan resiko alergi, dan sulit menafsirkan efek terapi masingmasing obat (Appleton and Cross, 2017).…”
Section: Karakteristik Berdasarkan Diagnosa Penyertaunclassified
“…Tujuan penggunaan obat monoterapi yaitu dapat mengontrol kejang tanpa menimbulkan efek samping. Kekurangan dari monoterapi yaitu jika pasien dengan frekuensi kejang sebelum terapi >10 kali dengan kelainanneurologis sebagai penyerta menjadifaktor prognisitik yang menyebabkan pengobatan dengan monoterapi menjadi gagal (Triono and Herini, 2014).Politerapi pada beberapa anak dapat mengontrol kejang hingga 10% jika penggunaan obat pertama tidak tercapai. Namun penggunaan obat secara politerapi dapatmengurangi efektifitas masing-masing obat, menimbulkan toksisitas secara kumulatif, meningkatkan resiko alergi, dan sulit menafsirkan efek terapi masingmasing obat (Appleton and Cross, 2017).…”
Section: Karakteristik Berdasarkan Diagnosa Penyertaunclassified
“…Bahkan, pemakaian carbamazepine lebih banyak gagal dalam monoterapi epilepsi anak. 17 Selain digunakan karena tingkat keberhasilannya yang tinggi, asam valproat juga efektif pada semua tipe kejang, terutama tipe absans.…”
unclassified
“…Keberhasilan terapi pada pasien epilepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Triono, 17 faktor yang berhubungan dengan keberhasilan atau kegagalan terapi pasien epilepsi, antara lain, frekuensi kejang sebelum terapi >10 kali, status epileptikus, terdapat defisit neurologis, kelainan neurologis penyerta, dan pemberian obat antiepilepsi yang terlambat. Pada penelitian kami, kelima faktor tersebut sangat minimal sehingga keberhasilan terapi yang dicapai cukup tinggi.…”
unclassified