Etnomedisin Obat Hipertensi di Kabupaten Kebumen

Abstract

Hipertensi adalah salah satu faktor terpenting yang bertanggung jawab atas penyakit kardiovaskular di seluruh dunia. Produk herbal dan terapi herbal alternatif memainkan peran penting dalam mengurangi hipertensi. Tujuan dari penelitian ini memberikan informasi etnomedisin secara kualitatif maupun kuantitatif pada tanaman obat yang digunakan masyarakat lokal Kebumen untuk pengobatan hipertensi . Sebanyak 250 responden dari 5 Kecamatan yang diperoleh dengan cara snow ball kemudian diwawancarai secara semi-terstruktur dan pertanyaan dengan kuesioner. Didapat data 20 spesies dari 15 famili yang digunakan untuk pengobatan hipertensi. Bagian Tanaman yang paling banyak digunakan adalah daun ( 52,3%), sebagian besar disiapkan dengan cara direbus (65%), Cara menggunakan sebagian besar diminum (71,42%), Dalam penelitian ini data asli dibandingkan dengan jurnal nasional dan internasional untuk membandingkan penggunaan obat dan mendapatkan beberapa spesies tanaman baru. Satu spesies tanaman obat belum ditemukan literatur ilmiah sebagai obat antihipertensi, 5 spesies sudah pernah di uji klinik sementara 14 spesies sudah diuji preklinik dengan hewan uji atau in vitro. Aktivitas fitokimia yang berbeda dari tanaman antihipertensi juga dilaporkan dari literatur.

Herbal Medicine For Immunostimulant In Kebumen Districts: An Ethnobotany Study

“…sama halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ningsih, et al 2020 cara pengolahan direbus paling banyak 64.87% (Tabel 4). Proses pengolahan direbus paling banyak ditemukan karena dengan pemanasan menggunakan suhu yang cukup tinggi zat yang terkandung didalam akan keluar dari bagian tersebut [31] Cara Penggunaan yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan diminum 85.7% (Tabel 5) sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Khuluq, et al 2021 [9] penggunaan paling banyak yang dilakukan oleh masyakat adalah dengan diminum 80.0%. Hal ini diyakini masyarakat efek terapi yang diberikan akan lebih cepat.…”

“…sedangkan untuk pendidikan Diploma adalah yang paling sedikit memanfaatkan tanaman sebagai obat yaitu 2.2%. Hal ini terkait dengan data usia responden dimana pada usia lansia kurang memahami akses media/ perkembangan tekhnologi sehingga responden dengan usia lansia dan berpendidikan rendah cenderung lebih banyak memanfaatkan tanaman sebagai obat[9]. Kandungan senyawa yang terdapat pada tanaman jahe emprit yang berkhasiat sebagai peningkat daya tahan tubuh atau imunomodulator adalah fenol (shagol, gingerol, dan zingeron)[10].…”