Ekranisasi AR PASUA PA: dari Seni Pertunjukan ke Seni Digital sebagai Upaya Pemajuan Kebudayaan

Abstract

Ekranisasi adalah transformasi dari karya sastra ke bentuk film, yang berarti layar. Dengan meminjam istilah ekranisasi dari bahasa Prancis ini, peneliti akan mengangkat atau memindahkan sebuah karya seni pertunjukan ke dalam seni digital yaitu Augmented Reality. Visualisasi virtual pertunjukan augmented reality merupakan bentuk seni baru, yang memang ini bertujuan untuk membuat penikmatnya merasa seolah berada di tengah suatu ilusi akan realita yang digambarkan melalui sebuah alat interaktif antara virtual dan realita. Ekranisasi sebagai upaya Pemajuan Kebudayaan untuk melestarikan kesenian tradisi dapat mengikuti perkembangan zaman, di mana konsep estetik pun mengikuti perkembangan setiap zaman. Perubahan yang terjadi dapat pengurangan, penambahan, dan variatif yang memungkinkan terjadi dalam proses transformasi dari karya seni pertunjukan ke seni digital. Ekranisasi memungkinkan terjadinya variasi-variasi tertentu, misal dalam ranah ide karya visual, gaya penceritaan, media yang digunakan, persoalan penonton, dan durasi waktu pemutaran. Alasan ekranisasi tersebut antara lain karena Tari Cikeruhan, Tari Guel, dan Tari Wor cukup dikenal oleh masyarakat pendukungnya, sehingga masyarakat pada umumnya sudah tak asing lagi dengan ketiga tarian tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantilatif, yaitu memadukan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif untuk mendefinisikan pola-pola penggunaan foto green screen profil penari Papua, Sunda, dan Aceh dalam upaya pembuatan secara virtual art dan realtime untuk disinkronisasikan, sedangkan metode kualitatif memberikan deskripsi eksploratif tentang bahasa visual yang digunakan pada foto green screen profil penari Papua, Sunda, dan Aceh. Hasil penelitian ini adalah sebagai salah satu alternatif terobosan untuk melestarikan dan merekonstruksi kembali seni tradisi dengan memanfaatkan teknologi di era indutri 4.0 sebagai upaya untuk Pemajuan Kebudayaan.

Papua "Noken" Local Wisdom for the Strenghtness of Democratic Pancasila Values in Indonesia

“…Noken memiliki maknanya yang dapat digali sebagai sesuatu yang dapat memperkaya nilai dalam hidup. Salah satunya adalah bagaimana noken dilihat dari segi filosofinya, secara mendalam (Rustiyanti et al, 2021). Menurut Titus Pekey, Pencetus Noken Papua hingga ke UNESCO PBB yakni bahwa noken dapat dimaknai dalam nilai demokrasi, kebaikan, berbagi (https://jubi.co.id/titus-pekei-nokenpapua-mengandung-banyak-nilai/).…”

“…Noken sebagai sebuah kearifan lokal memberi nilai-nilai yang hidup dan bermakna. Nilai-nilai itu dapat menginspirasi siapa saja dalam hidup (Rustiyanti et al, 2021). Sebab pada dasarnya kearifan lokal mesti memberi dampak dalam mengembangkan nilai-nilai, kebaikan, keadilan, perdamaian yang dapat dihidup dalam masyarakat.…”

Kearifan Lokal “Noken” Papua bagi Nilai Demokrasi Pancasila di Indonesia

“…Noken memiliki maknanya yang dapat digali sebagai sesuatu yang dapat memperkaya nilai dalam hidup. Salah satunya adalah bagaimana noken dilihat dari segi filosofinya, secara mendalam (Rustiyanti et al, 2021). Menurut Titus Pekey, Pencetus Noken Papua hingga ke UNESCO PBB yakni bahwa noken dapat dimaknai dalam nilai demokrasi, kebaikan, berbagi.…”

The Resilience of Tortor Sirittak Hotang Simalungun Through The Development of Dance Learning Media

“…Media is often associated with and assessed as learning technology (Musfiqon, 2012, p. 27) Currently, digital media-based learning technology is developing rapidly, which provides convenience, freedom, and flexibility for learning online. Several studies that have developed learning by using digital media, such as the results of research by Rustiyanti et al (2021) in Mudra Journal of Arts and Culture, 36(2), 186-196, have succeeded in creating a breakthrough alternative for preserving and reconstructing traditional arts by utilizing technology in this era. Industry 4.0 as an Ecranization Effort for the Advancement of Culture.…”