ECO-ETIKA DALAM BUDAYA MANUGAL DAYAK NGAJU (Tinjauan Ekologis Berdasarkan Ensiklik Laudato Si Art. 139)

Abstract

ABSTRAKStudi ini menaruh perhatian pada budaya Manugal Dayak Ngaju dalam korelasinya dengan etika lingkungan yang terdapat dalam Dokumen Laudato Si Art. 139-140. Budaya Manugal Dayak Ngaju mengandung banyak nilai dan makna kehidupan. Nilai itu di antaranya adalah eco-etika. Tujuan studi ini ialah untuk menemukan bahwa terdapat nilai dan makna eco-etika yang menjadi pegangan masyarakat Dayak Ngaju dalam mempersiapkan dan membuka lahan. Dalam proses Manugal, masyarakat Dayak selalu menjunjung nilai kebersamaan (Handep) sehingga tidak hanya terdapat nilai etik manusia dan alam saja, tepi juga nilai etik antara manusia dengan sesama dalam hal moral untuk saling membantu. Nilai ini jugalah yang akan digali dalam studi ini. Metodologi yang digunakan dalam studi ini adalah metodologi kualitatif kepustakaan yang membahas tema berdasarkan buku-buku dan penelitian-penelitian terdahulu. Penulis mengumpulkan dan menganalisa sumber-sumber buku, artikel tentang Manugal, dan ajaran-ajaran ekologis dalam Laudato Si untuk sampai pada temuan akan nilai eco-etika dalam budaya Manugal Dayak Ngaju. Temuan dari studi ini ialah bahwa budaya Manugal mengandung nilai eco-etika. Nilai ini telah dihidupi juga oleh masyarakat Dayak Ngaju. Meski sering tidak disadari, Manugal telah menjadi sebuah kegiatan yang di dalamnya terkandung nilai yang penting bagi manusia dan alam.Kata Kunci: Manugal, Budaya, Eco-etika, Dayak Ngaju.

Communication of Dayak Ngaju's Language in the Form of Local Families in Central Borneo, Indonesia

“…Meanwhile, [15] defined communication as: "The process by which chich and individual (The communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)." Meanwhile, Dance understands communication within the framework of behaviorist psychology as an effort to cause a response through verbal symbols that act as stimuli.…”

Upaya pelestarian pertanian oleh masyarakat dayak Meratus berbasis kearifan lokal manugal: Studi literatur

“…Salah satu contoh kearifan lokal masyarakat Indonesia adalah manugal yang dimiliki oleh suku Dayak Meratus di daerah pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan (Al Fatah dan Tyo, 2004). Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya yang ada di dalam suatu masyarakat dan tidak dapat terpisahkan dari masyarakat itu sendiri (Hendra dan Marseda, 2022). Kearifan lokal diwariskan secara turun-temurun melalui lisan dari generasi ke generasi.…”

“…Manugal adalah salah satu kearifan lokal masyarakat Indonesia di bidang pertanian yang termasuk dalam pemanfaatan sumber alam. Kearifan lokal manugal merupakan suatu kegiatan menanam padi secara tradisional dengan cara membuat luubang di tanah menggunakan kayu yang diruncingkan, kemudian dimasukkan padi ke dalam lubang tersebut (Hendra dan Marseda, 2022). Pemanfaatan sumber daya alam berbasis kearifan lokal manugal ini yaitu dengan membuka lahan dan membakar lahan untuk dijadikan ladang.…”

“…Dayak merupakan sebutan yang diberikan oleh penjajah kepada penghuni pedalaman Kalimantan atau Borneo. Sebutan Dayak meliputi seluruh daerah di Kalimantan, baik Timur, Barat, Tengah, Utara, atau Selatan sehingga suku Dayak dikenal sebagai suku terbesar di Kalimantan (Hendra dan Marseda, 2022). Kehidupan suku Dayak Meratus tidak dapat dipisahkan dari kearifan tradisionalnya (Pangesti, 2015).…”

“…Kemudian, pemilik lahan mengundang orang-orang yang terlibat untuk menghadiri acara makan bersama di rumahnya. Hal tersebut dilakukan agar dapat melakukan handep hapakat (gotong-royong) apabila di kemudian hari orang yang sudah membantunya melakukan manugal, dalam arti lain membalas budi kepada orang yang telah membantunya (Hendra dan Marseda, 2022). Budaya handep bukan sekadar tradisi biasa dalam masyarakat Dayak Meratus, tetapi sudah menjadi konsep penting dalam kepribadian masyarakat Dayak (Hartati dkk., 2018).…”