Dinamika Lembaga Pendidikan Dasar Dalam Pengelolaan Pembelajaran Daring

Abstract

This paper aims to look at the basic concepts of basic education during a pandemic, understand the courageous concept of learning during a pandemic, and see whenever you are in a primary school in managing learning during a pandemic. The result is that basic education institutions are the institutions from which a child's formal education begins. This bold model of learning allows educators and students to learn without having to meet. The dynamics of basic education institutions in the management of bold learning, namely by compiling bold learning plans, conducting mapping in learning, implementing bold learning according to plans to achieve goals, and conducting indicator evaluations, evaluations, environmental evaluations. Conduct evaluations such as process indicators, activities, maintenance, and solutions. Evaluating the teaching staff, evaluating students, and evaluating the facilities.

Pelaksanaan Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama pada Era New Normal

“…Kesesuaian managemen yang digunakan guru dengan peraturan pemerintah dan bagaimana guru mengelola kelas dalam pembelajaran. Pengaturan atau managemen pembelajaran guru sudah disesuaikan dengan aturan-aturan pemerintah tentang pembelajaran di era new normal, lembaga pendidikan perlu menyusun program rencana pembelajaran yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi dengan kata lain menyesuaikan dengan keadaan pada saat pandemi COVID-19 (Mubarok, 2020). Sebelum pembelajaran daring, sekolah pernah memberlakukan pembelajaran secara tatap muka dengan menggunakan sistem shift atau ganjil genap, siswanya dibagi menjadi dua kelompok dalam setiap proses pembelajaran, tetap mematuhi protokol kesehatan, memakai masker dan selalu mencuci tangan.…”

“…Sebelum pembelajaran daring, sekolah pernah memberlakukan pembelajaran secara tatap muka dengan menggunakan sistem shift atau ganjil genap, siswanya dibagi menjadi dua kelompok dalam setiap proses pembelajaran, tetap mematuhi protokol kesehatan, memakai masker dan selalu mencuci tangan. Pemberlakuan pembelajaran tatap muka tidak berlangsung lama dan sekolah kembali ke pembelajaran daring, dalam pengelolaan pembelajaran daring dibutuhkan komponen pendukung dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran daring dapat berjalan dengan efektif (Mubarok, 2020). Sedangkan untuk waktu ketika tatap muka satu jam pelajaran diberi waktu tiga puluh menit.…”

Pesantren Ramadhan Virtual Pada Masa Pandemi Covid-19 Di SMP YPPSB Sangatta Utara Kutai Timur

“…Bertepatan dengan adanya pandemi Covid-19 dengan segala pembatasannya sampai pada pertengahan tahun 2022, umat muslim seluruh dunia berjumpa dengan bulan suci Ramadhan 1443 H. Dengan adanya pandemi Covid-19 dengan segala kebijakan pembatasannya dan datangnya bulan suci Ramadhan 1443 H dengan berbagai macam amaliyahnya tentu menjadi problem tersendiri bagi kaum muslimin. Setiap lembaga pendidikan mempunyai cara tersendiri dalam menanggapi adanya pandemi Covid-19, termasuk mempunyai cara tersendiri dalam memotivasi dan meningkatkan amaliyah ramadhan para siswanya, salah satunya adalah dengan melaksanakan program pesantren Ramadhan virtual yang memungkinkan para siswa dan pemateri berinteraksi tanpa harus bertemu (Mubarok, 2021). SMP YPPSB Sangatta Utara Kutai Timur salah satu sekolah yang merasakan dampaknya, dimana kegiatan pesantren Ramadhan yang dilaksanakan setiap tahunnya tidak dapat dilaksanakan seperti biasanya.…”

Analisis Permasalahan Pendidikan Di Sekolah Dasar Pada Masa Pandemi Covid-19

“…Lebih spesifik lagi permasalahan pendidikan di sekolah dasar yang merupakan sekolah yang menjadi muara pendidikan formal peserta didik (Mubarok, 2021a), permasalahan pendidikan di sekolah dasar umumnya terlihat dari kurang koordinasinya pengelolaan pendidikan dasar antar instansi, kebijakan pendidikan yang sentral, terkotak-kotaknya anggaran pendidikan, tidak efektifnya manajemen sekolah, asumsi pendidikan, tanggung jawab pemerintah, kesejahteraan yang kurang, pungutan liar, dan pembinaan karir guru yang tidak berkesinambungan (Siswanto, 2014) dan dan kurangnya teladan literasi dari guru, lingkungan, dan orang tua (Kharizmi, 2015).…”