Determinants of Fraud in the Village Government: The Pentagon's Fraud Perspective

Abstract

Objective– This study aims to examine and analyze the factors that influence fraud from a pentagon fraud perspective in the Village Government of Kampar Kiri District, Riau Province, Indonesia. The variables used in this study are the suitability of compensation which is a proxy for pressure, the effectiveness of the internal control system is a proxy for opportunity, organizational culture is a proxy for rationalization, competence is a proxy for ability and leadership style is a proxy for arrogance. Design/methodology– The population in this study were all villages in Kampar Kiri District, Riau Province, Indonesia. Respondents in this study were village apparatuses in the Kampar Kiri district. A total 90 respondents participated in this study spread across 19 villages. Data was collected using a questionnaire sent to respondents. Meanwhile Structural Equation Modeling (SEM) analysis with SmartPLS analysis version 3.2.6 was utilized to analyze the data. Results – The results of this study indicate that the suitability of compensation, the effectiveness of the internal control system, organizational culture, competence and leadership style affect the fraud on the village government. Research limitations/Implication – This research was only carried out in the village of Kampar Kiri and only five variables were used as a proxy for the fraud pentagon. This research implies that policies need to be further strengthened to reduce the occurrence of fraud in the village government. Novelty/Originality - This research was conducted in a village government environment in the Kampar Kiri sub-district of Riau Province. The crowd of fraud in the village administration has disrupted public services and community welfare. Previous research has focused more on local government hence research at the village government is interesting and pertinent to study.

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan pada Pengelolaan Dana Desa (Survei pada Pemerintahan Desa di Kabupaten Bandung Barat)

“…Kompensasi dapat diartikan sebagai segala sesuatu balasan atas pekerjaan yang dilakukan. Kesesuaian Kompensasi yang menjadi faktor kecurangan sebagaimana yang dimaksud selaras dengan penelitian Basri et al (2021) yang mengungkapkan bahwa potensi kecurangan dapat meningkat ketika kompensasi yang diterima pegawai kecil dan tidak sesuai dengan beban pekerjaan yang telah dilakukan. H1: Kesesuaian Kompensasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan dalam Pengelolaan Dana Desa pada Pemerintahan Desa di Kabupaten Bandung Barat.…”

Mitigasi Terjadinya Kecurangan di Sektor Pemerintahan Melalui Perspektif Fraud Hexagon Theory

“…Mustikasari (2013) menemukan ibahwa tindakan dan kinerja pegawai yang dilakukan tergantung pada besarnya kompensasi yang diberikan pihak instansi, dengan tercukupnya kompensasi membuat pegawai meningkatkan kinerja dan dapat menghindari terjadinya tindakan kecurangan, namun apabila kompensasi yang diterima pihak pegawai kurang dari kontribusi yang berikan kepada pihak instansi maka menjadi pemicu terjadinya tindakan kecurangan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian penelitian Najahningrum (2013), Pramudit (2013, Basri et a (2021) dan Desviana et al, (2020) Siregar & Hamdani (2018) yangimenemukan bahwaikesesuian kompensasi berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan. Sedangkan Faisal (2013) dan Pristiyanti (2012) menemukanibahwa kesesuian kompensasi berpengaruhinegatif terhadap terjadinya kecurangan.…”

“…Penelitian ini merupakan ipengembangani dari penelitian yang pernah dilakukan Basri et al, 2021) membahas analisis kecurangan pada pengelolaan dana desa dalam perspektif fraud hexagon. Penelitian ini dilakukan pada 3 pemerintah daerah di Provinsi Riau yang memiliki indeks korupsi yang cukup tinggi yaitu Pemerintah Provinsi Riau, Kabupaten Kampar dan Kabupaten Siak.…”

“…Semakin tidak pantas kompensasi iyang diberikan, semakin itinggi peluang pekerja untuk melakukanikecurangan (Ryan & Ridwan, 2017). Pernyataan ini didukung oleh penelitian penelitian Najahningrum (2013), Pramudita, (2013, Basri et al (2021) Menurut Sucipto (2017) pengalaman adalah suatu keahlian atau pengetahuan yang didapat dari beberapa kejadian, baik melalui pengamatan langsung atau terjun kedalam kejadian tersebut. Pengalaman dapat jadikan pertimbangan auditor terhadap gelagat seseorang melakukan kecurangan.…”

“…Berdasarkan teori fraud hexagon Vousinas (2019) tekanan atau insentif menyebabkan seseorang melakukan perilaku curang, seperti peningkatan kewajiban atau tagihan, gaya hidup mewah, kecanduan narkoba, dll. Ketidak sesuaian kompensasi mempengaruhi seseorang yang melakukan penipuan untuk memenuhi tuntutan dan tekanan yang mereka rasakan akibat pembayaran yang tidak pantas (Ryan & Ridwan, 2017)Hasil penelitian mendukung penelitian penelitian (Najahningrum, 2013), (Pramudita, 2013), (Basri et al, 2021) (Desviana et al, 2020) dan yang menemukan bahwa kesesuian dapat memitigasi terjadinya kecurangan.…”