2022
DOI: 10.25157/ma.v8i2.7749
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Dampak Ekonomi Akibat Outbreak Penyakit Mulut Dan Kuku Pada Ternak Sapi Dan Kerbau Di Indonesia

Abstract: Indonesia has been hit by outbreak of foot and mouth disease (FMD) after more than 30 years of being free of FMD. This study aimed to determine the level of transmission of the FMD virus and the potential economic losses due to the FMD outbreak. The method used in this research was a case study in which the data used for analysis was secondary data. The analytical method was used the reproduction number (R0) and the economic impact of FMD by using the Rushton and Knight formula. The results showed that the rat… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1

Citation Types

0
4
0
6

Year Published

2023
2023
2024
2024

Publication Types

Select...
6

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 9 publications
(10 citation statements)
references
References 0 publications
0
4
0
6
Order By: Relevance
“…Permintaan susu akan mencapai 4,4 juta ton (2022), namun produksi pada susu segar masih sebesar 968.980 ton, hanya terpenuhi 22-78%. Situasi yang terjadi menunjukkan bahwa peluang peningkatan produksi susu terbuka lebar dan dapat memotivasi peternak dalam peningkatkan kualitas produk susu segar yang dihasilkan.. Kondisi PMK menurunkan persediaan dan produksi ternak sehingga berdampak pada berkurangnya pendapatan peternak (Firman et al, 2022). Dampak penyakit mulut dan kuku berdampak pada peternak, sehingga menyebabkan kematian ternak, berkurangnya produksi susu, dan berkurangnya kesuburan ternak.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Permintaan susu akan mencapai 4,4 juta ton (2022), namun produksi pada susu segar masih sebesar 968.980 ton, hanya terpenuhi 22-78%. Situasi yang terjadi menunjukkan bahwa peluang peningkatan produksi susu terbuka lebar dan dapat memotivasi peternak dalam peningkatkan kualitas produk susu segar yang dihasilkan.. Kondisi PMK menurunkan persediaan dan produksi ternak sehingga berdampak pada berkurangnya pendapatan peternak (Firman et al, 2022). Dampak penyakit mulut dan kuku berdampak pada peternak, sehingga menyebabkan kematian ternak, berkurangnya produksi susu, dan berkurangnya kesuburan ternak.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Wabah PMK telah memberikan peternak rasa tanggung jawab yang lebih besar, kemampuan untuk menahan risiko yang terjadi, keyakinan bahwa FMD dapat dikelola, tetap termotivasi bahkan ketika populasi sapi menurun, dan belajar memulihkan serta mengatasi kegagalan. Kondisi outbreak PMk menuntut peternak untuk lebih memiliki rasa tanggungjawab, bertahan terhadap resiko yang terjadi, percaya bahwa kondisi PMK bisa ditangani , selalu memiliki motivasi walaupun terjadi penurunan jumlah kepemilikan sapi perah serta belajar dari kegagalan penanganan kondisi PMK (Firman et al, 2022). Karakteristik wirausaha menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk kategori sedang yang artinya petani mempunyai karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang baik.…”
Section: Karakteristik Kewirausahaanunclassified
“…Sejak pertama kali diumumkannya PMK masuk ke Indonesia, terhitung sejak 6 Mei 2022 hingga 20 Mei 2022 jumlah daerah yang terkena dampak PMK melonjak hingga 62 kabupaten/kota dari awalnya hanya 5 kabupaten saja. Sapi yang terdampak awalnya berjumlah 2.447 ekor kini melonjak hingga 4,63 juta ekor hanya dalam waktu 2 minggu [5] Karena tingkat kematian yang tinggi, penyakit ini dapat menurunkan produksi ternak sehingga menyebabkan peternak yang paling menderita [6]. PMK menimbulkan dampak penurunan ekonomi yang signifikan dalam hal produksi dan reproduksi ternak, misalnya seperti penurunan produksi daging sapi, penurunan reproduksi sapi, penurunan produktivitas tenaga kerja [7].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…With a fast spread rate, the FMD virus can spread quickly to other areas and damage the community and regional economy. The losses caused by FMD are as follows: (a) decreased milk production, (b) decreased growth rate of beef cattle; (c) decreased livestock fertility and slowed pregnancy; (d) calf death; (e) culling chronically infected livestock; (f) disruption of domestic trade and livestock management; (g) loss of livestock export opportunities; and (h) eradication costs [27].…”
Section: Program Impact and Sustainabilitymentioning
confidence: 99%