Dampak Bahaya Material Piroklastik Terhadap Penggunaan Lahan Di Kawasan Gunungapi Sinabung

Abstract

Bahaya material piroklastik gunungapi merupakan ancaman serius bagi masyarakat karena menghasilkan dampak-dampak yang tidak diinginkan bagi wilayah di sekitarnya. Erupsi Gunungapi Sinabung yang terjadi pada tahun 2014 sangat banyak merusak area pertanian masyarakat yang berada di kawasan Gunungapi Sinabung. Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara merupakan area yang paling parah terkena dampak bahaya material piroklastik pada erupsi Gunungapi Sinabung tahun 2014 (PVMBG, 2014). Ada 4 kecamatan yang berbatasan langsung dengan Gunungapi Sinabung yaitu Namanteran, Simpang Empat, Payung dan Tiganderket. Penggunaan lahan lain yang juga terkena dampak bahaya Gunungapi, diantaranya kawasan permukiman, perkebunan, dan hutan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian kawasan rawan bahaya material piroklastik gunungapi terhadap penggunaan lahan dan memberikan rekomendasi penggunaan lahan berbasis mitigasi bencana. Pemetaan daerah rawan bencana dibuat berdasarkan data kejadian erupsi Gunungapi Sinabung pada tahun 2014 dan data distribusi penggunaan lahan. Selanjutnya dilakukan kuantifikasi bahaya jatuhan material piroklastik Gunungapi Sinabung disusun berdasarkan ambang batas beban massa material piroklastik yang dapat ditoleransi oleh penggunaan lahan tertentu. Seluas 18.420,48 Ha atau 56,6 % area pertanian yang meliputi kebun, ladang dan sawah memiliki probabilitas tinggi beban massa pada nilai kritis 10 kg/m2. Area pertanian yang paling banyak berpotensi terdampak bahaya jatuhan material piroklastik adalah kecamatan Tiganderket dan Namanteran masing-masing seluas 9.272,29 Ha dan 6.891,21 Ha. Desa paling tinggi terdampak di Kecamatan Namanteran yaitu Desa Kutagugung (3.172,93 Ha) dan di Kecamatan Tiganderket yaitu Desa Kutakepar (4.430,03 Ha). Dengan demikian dari hasil penilaian bahaya ini dapat menjadi acuan dalam penyusunan rencana mitigasi bencana Gunungapi Sinabung.