Current treatment of chronic hepatitis B: Clinical aspects and future directions

Abstract

Hepatitis B virus (HBV) infection is a public health threat worldwide, and there is no direct treatment yet available. In the event of infection, patients may present liver cirrhosis and cancer, which threaten the patients’ health globally, especially in the Asia-Pacific region and China. In 2019, Chinese hepatopathologists updated the 2015 Guidelines for the Prevention and Treatment of Chronic Hepatitis B as the clinical reference. The other versions formulated by the American Association for the Study of Liver Diseases (2018 AASLD guidelines) (AASLD, 2018), European Association for the Study of the Liver (2017 EASL guidelines) (EASL, 2017), and Asian-Pacific Association for the Study of the Liver (2015 APASL guidelines) (APASL, 2015) also provide clinical guidance. However, there are still some issues that need to be addressed. In the present study, the following aspects will be introduced successively: (1) Who should be treated in the general population according to the guidelines; (2) Treatment of specific populations infected with HBV; (3) Controversial issues in clinical practice; (4) Perspective.

Penatalaksanaan Hepatitis B pada Populasi Khusus

“…Terdapat lima literatur yaitu oleh Vlachogiannakos dan Papatheodoridis, 10 Coffin et al, 12 Elbadrawy et al, 16 Wang et al, 17 Zhu et al 19 yang mengatakan bahwa pada pasien dengan HBsAg negatif dan anti-HBc positif dengan adanya peningkatan ALT harus dilakukan pemantauan dan diuji untuk reaktivasi VHB. Coffin et al 12 menambahkan pemantauan ALT pada pasien dengan HBsAg negatif dan anti-HBc positif dengan atau tanpa anti-HBs saat menggunakan terapi DAA untuk VHC dilakukan hingga 24 minggu setelah pengobatan.…”

“…Coffin et al 12 menambahkan pemantauan ALT pada pasien dengan HBsAg negatif dan anti-HBc positif dengan atau tanpa anti-HBs saat menggunakan terapi DAA untuk VHC dilakukan hingga 24 minggu setelah pengobatan. Menurut Zhu et al, 19 rekomendasi pemantauan yang dilakukan ialah pemantauan kadar serum HBsAg dan DNA VHB yang dilakukan setiap bulan. Wang et al 17 menyatakan bahwa jika terjadi seroreversi HBsAg, maka terapi nukleosida analog dianjurkan untuk diberikan.…”

“…Penatalaksanaan hepatitis B koinfeksi dengan HIV menurut tujuh literatur yaitu literatur yang disusun oleh Vlachogiannakos dan Papatheodoridis, 10 Coffin et al, 12 Elbadrawy et al, 16 Abaalkhail, 15 Wang et al, 17 Kulkarni dan Duvvuru, 18 serta Zhu et al 19 yaitu semua pasien harus memulai terapi antiretroviral (ART) untuk HIV berapapun jumlah CD4-nya. Menurut Tong et al, 14 pengobatan VHB pada pasien koinfeksi VHB-HIV harus mempertimbangkan kedua jenis virus tersebut.…”

“…Pada pasien dengan HBsAg negatif, dianjurkan untuk melakukan vaksinasi individu untuk mencapai anti-HBs 10 mIU/mL. Berbeda dengan lima literatur yang disusun oleh Coffin et al, 12 Yim et al, 13 Elbadrawy et al, 16 Wang et al, 17 Zhu et al 19 yang merekomendasikan landasan terapi pada pasien koinfeksi VHB-HIV ialah nucleoside/nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NRTI) oral dengan efek antivirus ganda untuk VHB dan HIV. Obat yang termasuk NRTI yang memiliki efek antivirus ganda VHB dan HIV antara lain yaitu tenofovir disoproxil fumurate atau tenofovir alafenamide (TAF), dengan emtricitabine (FTC) atau lamivudin.…”

“…Pemilihan obat untuk pasien hepatitis B pada wanita hamil diperoleh pada tujuh literatur yang disusun oleh Vlachogiannakos dan Papatheodoridis, 10 Tong et al, 14 Coffin et al, 12 Yim et al, 13 Elbadrawy et al, 16 Kulkarni dan Duvvuru, 18 serta Zhu et al 19 Pengobatan awal dimulai pada trimester kedua atau ketiga kehamilan yaitu sekitar 24-32 minggu kehamilan terutama untuk DNA VHB yang lebih dari 200.000 IU/ mL untuk mengurangi risiko penularan vertikal dengan obat yang dipilih adalah TDF dan untuk penghentian obat rata-rata literatur menganjurkan untuk berhenti pada minggu ke-12 setelah melahirkan. Tong et al 14 menambahkan bahwa telbivudin dapat menjadi lini kedua, sedangkan pemilihan lamivudine harus dibatasi pada akhir semester kedua atau pengobatan trimester ketiga untuk pasien dengan DNA VHB antara 6 dan 9 log 10 karena potensi resistensi dan memiliki potensi yang rendah.…”