2019
DOI: 10.29210/139200
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Critical discourse analysis on gender relations: women's images in Sasak song

Abstract: Sasak song as one form of artistic discourse is used as an instrument of male domination of women in gender relations through various forms of imaging that do not benefit women. The image is understood through the process and mechanism of work of critical discourse analysis. This study aims to reveal the image of women in the Sasak song by discovering the tendency of social construction in gender relations between men and women based on the principles of Critical Discourse Analysis. Through the position of the… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
1
0
1

Year Published

2021
2021
2023
2023

Publication Types

Select...
2

Relationship

1
1

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(2 citation statements)
references
References 0 publications
0
1
0
1
Order By: Relevance
“…Foklor merupakan kebudayaan masyarakat yang secara kolektif diwariskan dan disebarkan secara turun temurun, baik secara tulisan maupun lisan serta mengunakan gerak isyarat untuk membantu mengingatkannya (Alaini, 2019) Senada dengan pendapat di atas, (Endraswara, 2013) mengatakan foklor merupakan kebudayaan yang kolektif yang disebarkan dan diwarsikan gereasi ke generasi secara tradisional menggunakan cara yang berbeda-beda baik melalui tulisan maupun gerak isyarat. Dengan kemajuan teknologi foklor sudah didokumentasikan dalam bentuk tulisan sesuai konteks khasanah budaya sasak (Nahdi et al, 2019). Foklor hidup di tengah-tengah masyarakat yang memberikan nilai budaya dan edukasi untuk manusia (penikmat) di sekitar lingkungannya serta mempertahankan eksistensinya di masyarakat sebagai bagian dari budaya.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Foklor merupakan kebudayaan masyarakat yang secara kolektif diwariskan dan disebarkan secara turun temurun, baik secara tulisan maupun lisan serta mengunakan gerak isyarat untuk membantu mengingatkannya (Alaini, 2019) Senada dengan pendapat di atas, (Endraswara, 2013) mengatakan foklor merupakan kebudayaan yang kolektif yang disebarkan dan diwarsikan gereasi ke generasi secara tradisional menggunakan cara yang berbeda-beda baik melalui tulisan maupun gerak isyarat. Dengan kemajuan teknologi foklor sudah didokumentasikan dalam bentuk tulisan sesuai konteks khasanah budaya sasak (Nahdi et al, 2019). Foklor hidup di tengah-tengah masyarakat yang memberikan nilai budaya dan edukasi untuk manusia (penikmat) di sekitar lingkungannya serta mempertahankan eksistensinya di masyarakat sebagai bagian dari budaya.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Patriarchal culture as a legacy of past civilizations has become a global humanitarian issue in developing countries in Asia and Africa, including Indonesia. Nahdi, Usuludin, Wijaya, & Taufik, (2019) sees this problem as a social problem, in which there is an interest of actors in perpetuating the dominance of their relations. As a social problem, like Fairclough and Wodak, this condition is a social discourse that must be parsed and provide solutions, with the hope of reducing the prolonged negative impact on women.…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%