Clinico-histopathological evaluation of tonsillectomy specimens at a tertiary care hospital
Nikita Modh,
Ajeet Kumar Khilnani,
Dhaneshwar Lanjewar
Abstract:Background: Tonsillar diseases are common in paediatric and adult otolaryngological practice and often require tonsillectomy and specimens are subjected to histopathological evaluation. Chronic tonsillitis is disease with repeated attacks of acute tonsillitis/ a sub-clinical form of a resistant or poorly treated infection. Aim of study was to determine the most common histopathological findings in patients presenting with clinical features of chronic tonsillitis.
Methods: The present study is an observational … Show more
“…Pada pemeriksaan histopatologi tonsil terdapat gambaran infiltrasi limfosit di permukaan epitel, hiperplasia kelenjar limfoid dengan atau tanpa fibrosis, peningkatan plasma sel di area subepitel dan interfolikular. 10 Pada 484 pasien (411 anak dan 73 dewasa) dengan hipertrofi tonsil dilakukan pemeriksaan histopatologi dan ditemukan 20,4% inflamasi kronik, 45,24% reaktif hiperplasia limfoid, 28,3% kronik inflamasi dan reaktif hiperplasia limfoid, 0,61% malignansi, 4,45% aktinomikosis, 0,2% tuberkulosis, 0,61% papilloma skuamosa dan 0,61% kista inklusi epidermal. 11 Walaupun adenoma pleomorfik adalah tumor jinak, tumor tersebut dapat mengalami rekurensi dan diferensiasi menjadi karsinoma.…”
Adenoma pleomorfik adalah gambaran tumor jinak secara histopatologis yang dapat ditemukan di kelenjar liur, kelenjar parotis, kelenjar submandibular, kelenjar palatina minor dan kelenjar bukal minor. Pada makalah ini dilaporkan kasus adenoma pleomorfik di tonsil pada perempuan berusia 38 tahun dengan keluhan rasa tersumbat di tenggorok sejak 1 tahun lalu. Pasien sulit menelan tanpa disertai rasa nyeri saat menelan. Demam, batuk, flu, keluar darah dari telinga, hidung, mulut dan gangguan pendengaran disangkal. Pada pemeriksaan orofaring didapatkan T4/T3, hingga menutupi uvula. Pada pemeriksaan leher, tidak tampak pembesaran dan pada saat palpasi leher tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening. Dilakukan biopsi jaringan di tonsil dengan hasil adenoma pleomorfik dan tidak ada keganasan sehingga dilakukan tonsilektomi pada kedua tonsil. Pengangkatan kedua tonsil diharapkan dapat mencegah rekurensi dan diferensiasi ke arah keganasan. Dengan laporan kasus ini diharapkan kewaspadaan dokter pada pembesaran tonsil.
“…Pada pemeriksaan histopatologi tonsil terdapat gambaran infiltrasi limfosit di permukaan epitel, hiperplasia kelenjar limfoid dengan atau tanpa fibrosis, peningkatan plasma sel di area subepitel dan interfolikular. 10 Pada 484 pasien (411 anak dan 73 dewasa) dengan hipertrofi tonsil dilakukan pemeriksaan histopatologi dan ditemukan 20,4% inflamasi kronik, 45,24% reaktif hiperplasia limfoid, 28,3% kronik inflamasi dan reaktif hiperplasia limfoid, 0,61% malignansi, 4,45% aktinomikosis, 0,2% tuberkulosis, 0,61% papilloma skuamosa dan 0,61% kista inklusi epidermal. 11 Walaupun adenoma pleomorfik adalah tumor jinak, tumor tersebut dapat mengalami rekurensi dan diferensiasi menjadi karsinoma.…”
Adenoma pleomorfik adalah gambaran tumor jinak secara histopatologis yang dapat ditemukan di kelenjar liur, kelenjar parotis, kelenjar submandibular, kelenjar palatina minor dan kelenjar bukal minor. Pada makalah ini dilaporkan kasus adenoma pleomorfik di tonsil pada perempuan berusia 38 tahun dengan keluhan rasa tersumbat di tenggorok sejak 1 tahun lalu. Pasien sulit menelan tanpa disertai rasa nyeri saat menelan. Demam, batuk, flu, keluar darah dari telinga, hidung, mulut dan gangguan pendengaran disangkal. Pada pemeriksaan orofaring didapatkan T4/T3, hingga menutupi uvula. Pada pemeriksaan leher, tidak tampak pembesaran dan pada saat palpasi leher tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening. Dilakukan biopsi jaringan di tonsil dengan hasil adenoma pleomorfik dan tidak ada keganasan sehingga dilakukan tonsilektomi pada kedua tonsil. Pengangkatan kedua tonsil diharapkan dapat mencegah rekurensi dan diferensiasi ke arah keganasan. Dengan laporan kasus ini diharapkan kewaspadaan dokter pada pembesaran tonsil.
Routine histopathology of tonsillectomy specimens is not standard practice due to cost and resource constraints. This study aimed to evaluate the prevalence of abnormal histopathologies in tonsillectomy specimens to determine the necessity of routine histopathology. A prospective observational study was conducted from January 2014 to August 2016 at a general tertiary care center after approval of Institutional Ethics Committee (IEC). Patients scheduled for tonsillectomy surgery as per the AAOHNS 2011 criteria were included in the study. All tonsillectomy specimens were sent for histopathology, and abnormal findings were documented. Statistical analysis was performed. A total of 111 patients were enrolled in this study, and 222 tonsillectomy specimens were analyzed. The most common finding was chronic tonsillitis, which justified the selection criteria in 91.89% of patients. Two patients with chronic tonsillitis were also found to have actinomycosis present on the surface without parenchymal tissue reaction. Abnormal histopathological findings were observed in 9 (8.10%) of patients, leading to further investigations or treatment in 8 cases. These abnormalities included chronic granuloma, non-Hodgkin's lymphoma, early squamous cell carcinoma, and one choristoma. Tonsillar asymmetry, recent onset of symptoms and older age were found to be significantly correlated with abnormal histopathology and malignancy. Routine histopathology in tonsillectomy specimens helps to identify important findings that may require additional treatment. Based on the study we strongly recommend routine histopathology of tonsillectomy specimen. When significant cost constraints exist, risk-based approach can be adopted. Factors such as older age, asymmetry of tonsils, referred otalgia, duration of symptoms (recent onset) and a history of addiction should be considered for proceeding with histopathology.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.