1958
DOI: 10.1086/238264
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Christiaan Snouck Hurgronje and the Foundations of Dutch Islamic Policy in Indonesia

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
12
0
8

Year Published

2008
2008
2023
2023

Publication Types

Select...
5
3

Relationship

0
8

Authors

Journals

citations
Cited by 77 publications
(22 citation statements)
references
References 0 publications
0
12
0
8
Order By: Relevance
“…Menanggapi pendapat ini, Salim (Bloembergen & Jackson, 2006). Snouck menyarankan pemerintah Belanda untuk mengembangkan kebijakan Islam dengan memperlakukan Islam sebagai dua bagian berbeda: yaitu Islam sebagai agama dan Islam sebagai gerakan sosial politik (Benda, 1958). Terhadap Islam sebagai agama, Snouck menyarankan toleransi atau kebijakan yang netral terhadap kehidupan beragama masyarakat Aceh.…”
Section: Islam Dan Politik Identitas Acehunclassified
See 2 more Smart Citations
“…Menanggapi pendapat ini, Salim (Bloembergen & Jackson, 2006). Snouck menyarankan pemerintah Belanda untuk mengembangkan kebijakan Islam dengan memperlakukan Islam sebagai dua bagian berbeda: yaitu Islam sebagai agama dan Islam sebagai gerakan sosial politik (Benda, 1958). Terhadap Islam sebagai agama, Snouck menyarankan toleransi atau kebijakan yang netral terhadap kehidupan beragama masyarakat Aceh.…”
Section: Islam Dan Politik Identitas Acehunclassified
“…Penyebaran pendidikan sekuler melalui sistem sekolah modern dimaksudkan untuk memisahkan teologi dari pengetahuan umum untuk melemahkan gerakan-gerakan kemerdekaan rakyat Aceh, melalui pelemahan peran dayah. Pada akhirnya, Pendidikan Barat dianggap sebagai cara yang paling ampuh untuk mengalahkan pengaruh Islam di Indonesia (Benda, 1958). Di Aceh, strategi ini diwujudkan melalui pemisahan antara pengetahuan umum (sekolah) dan pengetahuan agama (dayah).…”
Section: Islam Dan Politik Identitas Acehunclassified
See 1 more Smart Citation
“…The Dutch colonial administration did not legally recognize awqaf for much of the time they ruled Indonesia. In the late 18th century, this gradually changed as the influential colonial adviser Christiaan Snouck Hurgronje introduced more liberal policies toward Islam (Atmadja, 1922;Benda, 1958;Salim, 2006). Nevertheless, these colonial restrictions limited the diffusion of the waqf in Indonesia relative to the Middle East or South Asia (Abbasi, 2012;Bussons de Janssens, 1951).…”
Section: Usage Of the Waqf In Indonesiamentioning
confidence: 99%
“…The Dutch deemed it necessary to Christianize the majority of Indonesians, basing this partly on their belief in the superiority of Christianity to Islam and partly on the erroneous assumption that the syncretic nature of Indonesian Islam would render Indonesians more susceptible to conversion (Benda, 1958). This policy was eventually abandoned and a more moderate policy adopted, largely due to a better appraisal of the role of Islam in Indonesian society and an overcoming of the fear of Islamic fanaticism (ibid.).…”
Section: Early Historymentioning
confidence: 99%