Bioethanol from Pineapple Peel with Variation of Saccharomyces Cerevisiae Mass and Fermentation Time

Abstract

The availability of energy from fossil fuels is gradually decreasing. Bioethanol is one of the biofuels which is an alternative energy that can be used as a substitute for petroleum. In Indonesia, in general, the manufacture of bioethanol uses raw materials that compete with foods such as cassava, sugar, and tubers. however, in this research the raw material used is derived from lignocellulosic biomass from pineapple peel. Therefore, this research aims to utilize pineapple peel which is its waste as raw material for making bioethanol through a fermentation process. The fermentation process uses yeast mass and fermentation time as variables where the yeast mass used is 20, 25 and 30 g. while for the fermentation time for 5 and 9 days. In the distillation process, the operating conditions are 78.4 °C for low pressure temperature, and the next step is to analyze the bioethanol produced. Based on the research that has been done, the highest bioethanol content was obtained at 70% with the addition of 25 g of Saccharomyces cerevisiae with a fermentation time of 9 days. From these operating conditions, obtained bioethanol with a concentration of 70%, with a density of 0.8438 gr/mL, and a refractometric index of 9.581.

Kajian Pustaka Potensi Kulit Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol

“…Adapun kriteria pemilihan khamir untuk memproduksi bioetanol diantaranya yaitu harus memiliki laju pertumbuhan dan laju fermentasi yang cepat, serta mampu menghasilkan bioetanol yang banyak (17). Khamir yang digunakan pun harus tahan terhadap konsentrasi bioetanol dan glukosa tinggi, tahan terhadap konsentrasi garam tinggi, pH optimum fermentasi rendah, serta temperatur optimum fermentasi sekitar 25 0 C-3 0 C (35).…”

“…Pada jurnal pertama (35), menggunakan khamir S. cerevisiae sebanyak 30 g untuk memperoleh kadar bioetanol tertinggi. Semakin banyak dosis S. cerevisiae yang diberikan maka kadar bioetanol semakin meningkat (30).…”

“…Pada penambahan 40 g S. cerevisiae, diperoleh kadar bioetanol 3,873%, lebih rendah dibandingkan penambahan 30g S. cerevisiae diperoleh kadar bioetanol 3,965%. Hal ini terjadi karena jumlah nutrisi yang tersedia tidak sebanding dengan dengan jumlah S. cerevisiae yang lebih banyak, sehingga S. cerevisiae kekurangan makanan yang mengakibatkan kinerja S. cerevisiae menurun dan mengakibatkan kadar bioetanol yang dihasilkan akan menurun juga (35). Pada jurnal kedua (15), menggunakan khamir S. cerevisiae sebanyak 0,5 g untuk proses fermentasi agar memperoleh kadar bioetanol tertinggi yaitu sebesar 8%.…”

“…Waktu Fermentasi Menurut (35), waktu fermentasi akan mempengaruhi kadar bioetanol yang diperoleh, jika proses fermentasi berlangsung terlalu lama maka nutrisi yang terkandung didalam substrat akan habis sehingga mikroba tidak dapat memfermentasi bahan. Apabila jumlah nutrisi yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah mikroba yang jumlahnya lebih banyak, maka mikroba akan kekurangan makanan yang mengakibatkan turunnya kinerja dalam mengubah glukosa menjadi bioetanol, sehingga kadar bioetanol yang diperoleh akan menurun karena sebagian besar menguap.Menurut (25), lama fermentasi yang paling optimal untuk proses pembuatan bioetanol adalah 3 hari, jika lebih dari 3 hari maka kadar alkohol yang diperoleh akan berkurang, karena alkohol telah dikonversi menjadi senyawa lain seperti ester.Semakin lama proses fermentasi yang diiringi dengan banyaknya dosis mikroba yang digunakan, maka kadar bioetanol akan semakin meningkat (30).…”

“…Pada jurnal pertama Yusmartini, Mardwita dan Marza (35), yang memvariasikan massa Saccharomyces cerevisiae dan diperoleh Pada penambahan Saccharomyces cerevisiae sebanyak 30 g dengan waktu fermentasi selama 10 hari menghasilkan kadar etanol tertinggi yaitu sebesar 3,965%. Pada jurnal kedua oleh Fitria dan Lindasari (5), yang menggunakan penambahan urea, serta memvariasikan konsentrasi inokulasi tarter menghasilkan kadar bioetanol tertinggi, yaitu sebesar 28,05% dengan konsentrasi inokulasi starter 1,5% dan waktu fermentasi 96 jam tanpa adanya proses pemutaran.…”