Peralatan makan yang tidak hygiene dapat menyebabkan penularan penyakit. Peralatan makan dapat terbebas dari mikroorganisme melalui proses pencucian. Pencucian peralatan makan menggunakan perangkat lunak dan keras, seperti . Perangkat lunak seperti air dan larutan pencucian, sedangkan perangkat keras seperti baskom, kran air, bak pencucian dan spons. Kebiasaan meninggalkan spons dalam air cucian mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme. Bahan spons berpori dapat menjadi sumber kontaminasi utama, karena kontaminasi silang menularkan mikroba patogen yang berasal dari sisa makanan yang mengalami pembusukan pada sisa makanan. Penelitian ini bertujuan mengetahui jumlah angka kuman pada spon dapur yang digunakan untuk mencuci alat makan. Jenis penelitian deskriptif, pemeriksaan angka kuman pada spons berdasarkan frekuensi pemakaian dan penyimpanan. Kriteria sampel adalah spon yang digunakan rumah tangga setelah penggunaan dicuci dan dikeringkan, setelah penggunaan di cuci dan tidak dikeringkan, setelah penggunaan tidak di cuci dan dikeringkan serta spons setelah digunakan tidak dicuci dan tidak di keringkan. Sampel diambil dan ditumbuhkan pada media agar, selanjutnya di inkubasi pada incubator. Penelitian dilakukan di laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan. Hasil penelitian jumlah angka kuman pada spons dapur berbeda berdasarkan perlakuan. Spons dapur yang dicuci dan di keringkan setelah penggunaan mempunyai kandungan angka kuman lebih rendah dibandingkan dengan spons dapur yang tidak di cuci dan tidak dikeringkan setelah penggunaan. Sehingga disarankan spon setelah digunakan harus dicuci dan dikeringkan untuk memperlambat pertumbuhan bakteri serta mengganti spons cuci piring seminggu sekali.