Analisis Penyebab Laporan Keuangan Masjid Tidak Sesuai Dengan Standar Akuntansi

Abstract

<p><em>This study aimed to analyze the factors that caused the Takmir of Cheng Ho Mosque and Al Irsyad Mosque in Surabaya not to apply ISAK 35 in preparing financial reports. This study uses a qualitative method with a case study approach. The study's results revealed that the factors causing the Takmir not to apply ISAK 35 to the mosque's financial reports were that the mosque Takmir did not have sufficient knowledge about ISAK 35. The mosque's financial reports were presented following the financial information needs of Takmir and donors who were not complex. The presentation of mosque financial reports based on ISAK 35 is too complicated, so the cost of presenting information is high, but the relevance (benefit) for users of mosque financial reports is low. The results of this study imply that simpler mosque financial accounting guidelines or standards are needed to balance the relevance and cost of presenting mosque financial information. There needs to be the socialization of mosque financial accounting guidelines or standards for mosque Takmir.</em><em></em></p>

Analisis Penerapan Akuntabilitas Dan Transparansi Bagi Pengurus Masjid Di Indonesia

“…Sebagian besar hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya tantangan bagi organisasi nirlaba khususnya masjid untuk menerapkan laporan keuangan berdasarkan standar yang berlaku (Karimah & Baehaqi 2022;Widagdo & Suprayogi 2022). Masjid Al-Imam Bukit Tinggi dan Masjid Agung Khairullah di Banjarmasin masih mencatat penerimaan dan pengeluaran kas secara sederhana (Andriani et al, 2023;Rizqi & Nurfadliyah, 2020), kemudian di wilayah Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru menunjukkan bahwa penerapan akuntansi yang sesuai dengan aturan PSAK 45 atau ISAK 35 masih sulit untuk diterapkan pada seluruh Masjid Paripurna (Hatta, 2021).…”

“…(Andriani et al, 2019;Endang, 2017;Dewantari & Pardi, 2022) -11. (Abdillah & Suprihatin, 2020;Andriani et al, 2019;Endang, 2017;Haryanti & Kaukab, 2019;Mahardika et al, 2022;Putri et al, 2022;Saiffuddin & Wahidahwati, 2021;Siskawati et al, 2016;Sumaizar et al, 2019;Widagdo & Suprayogi, 2022) Upaya penerapan standar akuntansi untuk menyusun laporan keuangan masjid menghadapi berbagai tantangan.…”

“…Temuan studi ini menunjukkan bahwa penerapan penyusunan laporan keuangan masjid di Indonesia selama ini masih sangat sederhana yaitu menggunakan instrument buku catatan untuk mencatat kas masuk dan kas keluar. Pencatatan ini dilakukan berdasarkan waktu saat terjadinya kas masuk dan kas keluar karena penggunaan basis kas ini masih dianggap pengurus lebih mudah dipahami oleh seluruh Jama'ah (Aryansyah, 2019;Firdaus & Yulianto, 2018a;Kurniasari, 2011;Mustakin & Wahyudi, 2021;Putri et al, 2022;Rahayu et al, 2020;Widagdo & Suprayogi, 2022;Widyanti & Rahmayanti, 2020). Walaupun masih dilakukan pencatatan secara sederhana Pengurus masjid (Takmir) melakukan pencatatan dalam sebuah buku kemudian di rekapitulasi dalam Microsoft Excel (Afifah & Fauziyyah, 2022;Mahardika et al, 2022).…”

“…Dalam Upaya menerapkan standar akuntansi untuk menyusun laporan keuangan masjid di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, seperti kurangnya pemahaman pengurus masjid (Takmir) dan bendahara masjid dalam penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku (Abdillah & Suprihatin, 2020;Haryanti & Kaukab, 2019;Mahardika et al, 2022;Putri et al, 2022;Saiffuddin & Wahidahwati, 2021;Sumaizar et al, 2019;Widagdo & Suprayogi, 2022). Keterbatasan dalam memahami penyusunan laporan keuangan masjid sesuai dengan standar akuntansi disebabkan oleh beberapa faktor dari Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu diantaranya adalah Takmir yang sudah berusia lanjut (Susilawati et al, 2020;Widyanti & Rahmayanti, 2020) dan Takmir yang tidak memiliki kemampuan dan dasar ilmu pengetahuan di bidang Akuntansi (Andriani et al, 2019;Mahardika et al, 2022;Mustakin & Wahyudi, 2021;Putri et al, 2022;Rahayu et al, 2020;Rizqi & Nurfadliyah, 2020;Saiffuddin & Wahidahwati, 2021).…”