Analisis mutu ikan kurisi dan swanggi hasil tangkapan nelayan di tempat pelelangan ikan Mayangan, Probollinggo

Abstract

Ikan kurisi dan swanggi merupakan ikan dengan hasil tangkapan melimpah dan diminati oleh masyarakat karena nutrisinya. Ikan cepat mengalami penurunan mutu yang disebabkan penanganan yang kurang baik. Mutu ikan akan berpengaruh pada penerimaan konsumen dan harga jualnya. Mutu ikan kurisi dan swanggi di tempat pelelangan ikan (TPI) Mayangan Probolinggo belum dilaporkan. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis karakteristik mutu ikan kurisi dan swanggi berdasarkan pengujian organoleptik, TVBN, nilai proksimat, dan angka lempeng total (ALT). Penelitian ini dilakukan dengan tahapan observasi, wawancara, pengambilan dan preparasi sampel, serta analisis karakteristik mutu. Teknik penanganan ikan kurisi dan swanggi di TPI Mayangan meliputi pembongkaran, penyortiran, pengangkutan, penimbangan, dan penjualan. Nilai organoleptik ikan kurisi dan swanggi pada beberapa indikator kenampakan mata, insang, lendir permukaan badan, daging, bau, dan tekstur masih sesuai dengan SNI. Kadar TVBN ikan kurisi sebesar 17,47±1,25 mg/100 g dan ikan swanggi sebesar 25,04±0,65 mg/100 g. Kadar proksimat berupa kadar air ikan kurisi dan swanggi berturut-turut sebesar 79,41±0,76% dan 79,17±0,88%. Kadar abu ikan kurisi sebesar 2,53±0,24% dan swanggi sebesar 1,34±0,24%. Kadar lemak ikan kurisi sebesar 1,50±0,40% dan swanggi sebesar 1,17±0,39%, Kadar protein kurisi sebesar 16,47±0,92% dan swanggi sebesar 18,50±1,17%. Pengujian mikrobiologi menggunakan ALT mendapatkan hasil sebesar 3,1x105 CFU/g pada ikan kurisi dan 3,4 x105 CFU/g pada ikan swanggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ikan kurisi dan swanggi yang didaratkan di TPI Mayangan, memiliki kualitas mutu yang baik dan layak dikonsumsi.

Identifikasi Kualitas Kesegaran dan Nilai Keasaman (pH) Ikan Laut di Kota Metro Provinsi Lampung

“…Jika jenis bau yang dihasilkan mengeluarkan amoniak menyengat dan H 2 S disertai dengan bau asam serta busuk, maka ikan masuk kedalam kategori ikan tidak layak konsumsi karena telah mengalami kemunduran mutu (Yusfiani et al, 2019). Selain itu, adanya bau ikan diakibatkan kandungan asam amino bebas yang berasal dari kandungan protein ikan dan asam lemak bebas yang berasal dari lemak yang terkandung pada daging ikan (Wati & Hafiludin, 2023). Bau spesifik ikan segar sesuai dengan habitat spesifik hidupnya disebabkan adanya kandungan merkaptan, metil merkaptan dan alkohol sedangkan bau tidak sedap yang mengindikasikan ikan sudah mulai mengalami pembusukan lebih disebabkan oleh senyawa seperti trimetilamin (TMA) dan amonia (Hasanah et al, 2017).…”

“…Kondisi ini tidak terlepas dari tingginya kadar air yang terdapat pada tubuh ikan. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat yang dikemukakan oleh Wati & Hafiludin (2023) bahwa ikan merupakan media sempurna dalam pertumbuhan bakteri karena ikan memiliki kandungan air yang tinggi. Elastisitas ikan yang hilang disebabkan bakteri dan enzim, terutama bakteri yang berhasil mengaktifkan enzim proteolitik yang melakukan penguraian protein hingga tekstur dagingnya menjadi lembek.…”

Penambahan Tepung Porang Sebagai Alternatif Pengganti Bahan Pengenyal Sintetis Pada Produk Bakso Ikan Kurisi

“…Ikan ini mengandung protein yang cukup tinggi yaitu sekitar 15,31-16,47% dan rendah lemak yaitu sekitar 1,17% (Wati, 2023) Akan tetapi, minat masyarakat terhadap konsumsi ikan kurisi cukup rendah karena memiliki duri yang cukup banyak. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan pengolahan daging ikan menjadi produk olahan ikan yang lebih efektif untuk dinikmati oleh masyarakat, salah satunya adalah bakso.…”

Pengaruh Dari Beberapa Jenis Ikan Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kamaboko Terhadap Tingkat Kesukaan Panelis

“…Hasil penelitian (Agustin 2012) hasil uji gigit kamaboko ikan kurisi dengan adanya penambahan karaginan menghasilkan kekuatan gel yang bagus, karena karaginan berinteraksi dengan komponen pentusun kamaboko terutama adanya protein dan pati melalui ikatan hidroksi. (Ismail et al 2010) mengatakan bahwa dengan adanya peningkatan karakteristik gel yang dipengaruhi saat pencucian dikarenakan dapat menghilangkan tropomiosin, troponin dan miosin pada pencucian pertama dan kedua.…”