Real sector is one of sectors that support economic improvement. Islamic rural banks provide service in manufacture industry in their operational. The combination of Islamic rural banks and manufacture sector expected to doing well and contribute in economic growth. Purpose of this study to examine effect of financing in Islamic rural bank toward real sektor. The research aim to identify connection between financial performances, financing akad, third party fund, inflation, exchange rate with financing in Islamic Rural Bank in real sector. This study uses quantitative field research. Further, the source is secondary data from Islamic Rural Bank report in Financial Services Authority, Indonesian Central Bank and Ministry of Commerce. These sources of data are used to examine Real sector financing from January 2014 until December 2018. The techniques of data collection was multiple regression analysis using Eviews version 7. These method were used for analysing the effect of financing performance, akad in financing, third party fund, inflation and exchange rate toward financing in real sector. Financing performance, third party fun, akad in financing, inflation and exchange rate have effect on financing in manufacture sector in Islamic rural banks. This study recommendation for Islamic Rural banks in upgrade banking activity, give knowledge to government to give rights policy for Islamic rural banks to operate the banking activity.
AbstrakSektor perekonomian riil merupakan salah satu sektor yang mendukung peningkatan ekonomi. BPRS menyediakan layanan bagi industri manufaktur dalam menjalankan operasionalnya. Kombinasi BPRS dan sektor manufaktur diharapkan dapat berjalan dengan baik dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini untuk meneliti efek yang mempengaruhi pembiayaan yang dilakukan oleh BPRS pada bidang sektor riil di Negara Indonesia, dan untuk mengetahui keterkaitan antara kinerja keuangan, akad pembiayaan, dana pihak ketiga, inflasi dan nilai tukar. Metodologi dari penelitian ini adalah kuantitatif. Data diambil dari laporan keuangan BPRS yang ada di OJK, data inflasi di ambil dari Bank Indonesia, nilai tukar diambil dari data kementerian perdagangan. Data yang digunakan adalah data BPRS,