Analisis Karakteristik Sedimen dan Debit Sedimen di Sungai Batang Agam Kota Payakumbuh

Abstract

Normalisasi Batang Agam Kota Payakumbuh yang telah dimulai dari tahun 2017, dengan pengembangan kawasan sepanjang normalisasi menjadi pusat wisata bagi Kota Payakumbuh dan sekitarnya. Terlepas dari pemanfaatan tersebut, tujuan awal normalisasi Sungai Batang Agam ini adalah untuk mencegah terjadinya banjir dikawasan sepanjang sungai. Untuk tercapainya tujuan pencegahan banjir penampang sungai seharusnya bersifat tetap. Salah satu yang sangat menentukan terjadinya perubahan penampang sungai adalah sedimen. Untuk itu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik sedimen dan debit sedimen di hulu dan di hilir kawasan normalisasi sungai Batang Agam. Karakter sedimen yang diuji pada penelitian ini adalah karakter mekanik dari sedimen, dan debit sedimen dihitung dengan metode Shen dan Hungs. Dari hasil pengujian karakter sedimen didapatkan kadar air terbesar adalah 12,21%, berat jenis rata-rata terbesar adalah 1,0294 N/m3. Sedangkan untuk hasil pengujian ukuran butiran, jenis sedimen sungai Batang Agam termasuk kepada jenis agregat halus. Untuk perhitungan angkutan sedimen di hulu dan di hilir normalisasi Batang Agam 46,551 kg/hari dan 137,264 kg/hari

The Impact of Normalization of Batang Agam Watershed in Payakumbuh City

“…(2021) further emphasized the importance of monitoring and controlling activities along the watersheds to prevent potential hazards. According to Febrian et al (2023), the normalization of the Batang Agam watershed is essential to prevent flooding and preserve the river's cross-sectional shape.…”

“…Pohan et al (2018) explains that the Detailed Spatial Plan (RDTR) is a regional spatial plan for districts/cities that contains detailed zoning regulations, governing the spatial arrangement of an area in a comprehensive manner. The Detailed Spatial Plan (RDTR) of Payakumbuh City is a comprehensive and general regional spatial plan that also outlines the spatial planning for the provincial area (Febrian et al, 2023;Gustio et al, 2020;Putra et al, 2020). The majority of the land along the Batang Agam River banks is privately owned, resulting in a prolonged land acquisition process.…”