2017
DOI: 10.15578/jsekp.v7i1.5735
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Analisa Daya Saing Rumput Laut Di Indonesia (Studi Kasus: Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara)

Abstract: ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing budidaya rumput laut di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara dan telah dilakukan pada bulan September 2011. Metode analisis penelitian ini menggunakan Policy Analysis Matrix (PAM), dengan menggunakan data rumput laut dari Kabupaten Lombok Timur untuk memperoleh nilai ekonomi (harga sosial). Nilai Domestic Resource Cost Ratio (DRCR) sebesar 0,98 menunjukkan bahwa usaha rumput laut di Kabupaten Konawe Selatan memiliki keunggulan komparatif dan … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

1
1
0
3

Year Published

2019
2019
2021
2021

Publication Types

Select...
4

Relationship

0
4

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(5 citation statements)
references
References 0 publications
1
1
0
3
Order By: Relevance
“…The tuna commodity in Malang, seen from the DRC and PCR values, which showed a value of less than one, still has a comparative and competitive advantage in competitiveness. This is in line to what was stated by (Luhur, 2012) if measured from the DRC value. The DRC value was recorded to be less than 1, which is 0.98, which means that to produce IDR 1 only requires domestic resources of IDR 0.98.…”
Section: Pam Analysissupporting
confidence: 93%
“…The tuna commodity in Malang, seen from the DRC and PCR values, which showed a value of less than one, still has a comparative and competitive advantage in competitiveness. This is in line to what was stated by (Luhur, 2012) if measured from the DRC value. The DRC value was recorded to be less than 1, which is 0.98, which means that to produce IDR 1 only requires domestic resources of IDR 0.98.…”
Section: Pam Analysissupporting
confidence: 93%
“…Ini memungkinkan Indonesia memiliki potensi dalam mengembangkan usaha marine culture termasuk budidaya rumput laut (Suniti dan Suada, 2012;Priono, 2013). Dewasa ini, rumput laut menjadi tumpuan dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional sehingga dimasukkan kedalam komoditas revitalisasi perikanan (Luhur et al, 2012;Akmal et al, 2017). Rumput laut menjadi komoditas andalan karena permintaan pasar yang Menggunakan Teknik Budidaya Berbeda tinggi dan peluang usaha dalam bentuk pengolahan produk kosmetik, pangan, dan farmasi yang masih terbuka lebar (Simanjuntak et al, 2017;Ardiansyah et al, 2020;Sitorus et al, 2020).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Rumput laut jenis ini memiliki kandungan karaginan kappa yang tinggi, berwarna hijau kekuningan, thallusnya berbentuk silinder dan bercabang, permukaan licin dan kenyal seperti terlihat pada Gambar 5. Karaginan sebagai hasil olahan rumput laut dapat diolah menjadi bahan makanan dan minuman, pet-food, bahan baku industry farmasi serta kosmetik (Luhur et al, 2012).…”
Section: Analisis Spasial Kesesuaian Kawasan Budi Daya Rumput Lautunclassified
“…Teknologi long line yaitu pembudidaya di kolom air (eupotik) dekat permukaan perairan laut dengan menggunakan tali yang dibentangkan dari satu titik ke titik yang lain dengan panjang 25-30 m, dalam bentuk terangkai berbentuk segi empat dengan bantuan pelampung dan jangkar sesuai dengan SNI 7579.3:2010 (Ditjen Perikanan Budi daya 2011 dalam Yulisti 2012). Menurut Luhur et al (2012) strategi yang digunakan untuk memulai usaha budi daya rumput laut jenis Eucheuma cottonii dengan metode long line adalah membeli tali yang dibutuhkan, patok kayu/jangkar dan pelampung serta bibit. Selain itu strategi pengembangan kompetensi pembudidaya dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan rumput laut dapat dilakukan dengan cara mengefektifkan penyuluh secara partisipatif, memperbesar intensitas penyuluh dengan pendekatan kelompok (Kustiari, 2012).…”
Section: Analisis Spasial Kesesuaian Kawasan Budi Daya Rumput Lautunclassified