ABSTRAKKebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada tahun 2015 merupakan salah satu kebakaran terbesar di Indonesia pasca kebakaran pada tahun 1997/1998. Selama kejadian puncak pada tahun 2015 telah mengakibatkan kerugian finansial hingga Rp 221 triliun atau setara 16,1 miliar dolar AS (The World Bank, 2016). Dampak kebakaran telah menimbulkan potensi kerugian yang tidak bisa dihitung secara finansial berupa hilangnya keanekaragaman hayati, rusaknya habitat hidup satwa liar, dan perubahan ekosistem dan lingkungan. Salah satu metode Identifikasi Areal Bekas Kebakaran Hutan dan Lahan dengan teknologi penginderaan jauh adalah analisis semi otomatis. Data titik panas Citra Modis/Terra Aqua (hotspot) harian digunakan sebagai bahan awal menentukan luas areal terbakar dengan metode otomatis analisis kerapatan titik panas (point density analysis). Data hasil analisis ini selanjutnya ditumpang-susunkan dengan citra Landsat untuk proses delineasi visual areal bekas kebakaran. Hasil deliniasi areal kebakaran dijadikan dasar pengecekan lapangan untuk melakukan verifikasi terhadap hasil deliniasi areal terbakar dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Hasil kajian menunjukkan total luas areal yang terbakar tahun 2015 adalah 2,6 juta hektar, dimana seluas 0,4 juta hektar berada pada areal berhutan. Pada tahun 2016, hasil analisis sebaran areal kebakaran hutan dan lahan menunjukkan penurunan sebesar 83%, yaitu menjadi 438.363 hektar. Penghitungan akurasi metode ini melalui cek lapangan menghasilkan nilai akurasi sebesar 85%. Identifikasi Areal Bekas Kebakaran Hutan dan Lahan dengan teknologi penginderaan jauh dapat dilakukan dengan cepat, dan akurasi yang tinggi.Kata kunci: Bekas kebakaran hutan dan lahan, hotspot, Landsat, point density analysis, visual delineasi
ABSTRACTThe forest and land fires that occurred in 2015 were the largest fire event in Indonesia since the 1997/1998 fires. During the peak period 2015 the financial losses are estimated up to 221 trillion Rupiah or approximately 16,1 billion USD (The World Bank, 2016). The fires caused potential losses that cannot be measured financially such as biodiversity loss, destruction of wildlife habitats, and impacts on environmental and ecosystems. The Remote sensing technology method to Identification of Forest and Land Burnt Scar Area is semi-automatic analysis. Hotspot data daily of Modis/Terra Aqua sattelite is used as the raw data to identify of burnt area by automatic method of point density analysis. The results of this analysis are overlay with Landsat image to the visual delineation process of the burnt area. The result of the delineation of the burnt area was used as the ground check database to verify the delineation of the burnt area with the actual condition in the field. The study results show the total area of burnt area of 2015 is 2.6 million hectares, of which 0.4 million hectares are in forested areas. In 2016, the analysis of the distribution of forest and land burnt area showed a decline of 83%, to 438,363 hectares. Calculating the accuracy of this method...