2017
DOI: 10.29303/aksioma.v15i2.9
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Akuntansi Pernikahan Di Pulau Lombok

Abstract: The objective of this study is to analyze marriage from the accounting perspective. This study examined whether a husband (wife) was recognized as revenues, expenses, assets, or liabilities. Using a sample of 20 people as respondents on Lombok island community who have experienced divorces, the study conclude that marriage is regarded as expense and liabilities, instead of income or assets.

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
0
0
3

Year Published

2019
2019
2023
2023

Publication Types

Select...
3

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(3 citation statements)
references
References 1 publication
0
0
0
3
Order By: Relevance
“…Mahar juga berfaedah sebagai indikator kedudukan strata sosial (nobilitas), pada sebagian komunitas muslim di Indonesia yakni Jawa, Sunda, Betawi, Minang dan Banjar. Studi tersebut berusaha untuk mengembangkan satu tesis sosiologi hukum bahwa dimensi sosial-ekonomi-kultural sangat inheren dalam dinamika aplikasi pranata mahar (Aini, 2014;Fikri, Karim, & Widyastuti 2017;Ragoan, Untoro, & Ari, 2017;Syarifuddin & Damayanti, 2015).…”
Section: Metodeunclassified
“…Mahar juga berfaedah sebagai indikator kedudukan strata sosial (nobilitas), pada sebagian komunitas muslim di Indonesia yakni Jawa, Sunda, Betawi, Minang dan Banjar. Studi tersebut berusaha untuk mengembangkan satu tesis sosiologi hukum bahwa dimensi sosial-ekonomi-kultural sangat inheren dalam dinamika aplikasi pranata mahar (Aini, 2014;Fikri, Karim, & Widyastuti 2017;Ragoan, Untoro, & Ari, 2017;Syarifuddin & Damayanti, 2015).…”
Section: Metodeunclassified
“…Hal ini disebabkan sebagian besar atau keseluruhan pelaksanaan tolobalango (peminangan) dibiayai oleh pihak perempuan, fenomena ini tentu saja menarik, mengapa? Karena umumnya pemberitaan tentang permasalahan pernikahan selalu tentang besarnya biaya pernikahan yang dikeluarkan oleh pihak laki-laki (Gunadha and Hernawan 2021;Putra 2021;Wonga 2021), bahkan kajian akuntansi pada budaya pernikahan mengangkat permasalahan yang serupa (Fikri, Karim, and Widyastuti 2016;Rahayu and Yudi 2015;Rahman, Noholo, and Santoso 2019;Syarifuddin and Damayanti 2015). Jika memperhatikan lebih cermat lagi, kenyataannya, sedikit banyak pihak perempuan pun turut berkontribusi untuk menyukseskan upacara pernikahan, dan konstribusi itu terdapat pada pelaksanaan upacara peminangan, namun ini masih luput kajian akuntansi.…”
Section: Introductionunclassified
“…Sebagaimana dengan penelitian sebelumnya yang membuktikan keberadaan akuntansi tidak hanya pada ranah bisnis, namun akuntansi bersifat umum seperti pelaksanaan kegiatan adat istiadat penelitian yang dilakukan oleh (Fikri et al, 2016). Penelitian tersebut menganalisis pernikahan dilihat melalui perspektif akuntansi dan menyimpulkan bahwa pernikahan dianggap sebagai sebuah beban dan kewajiban, bukan pendapatan atau aset.…”
unclassified