2019
DOI: 10.32382/mak.v10i1.985
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Studi Hasil Pemeriksaan Ureum Dan Asam Urat Pada Penderita Tuberkulosis Paru Yang Mengonsumsi Obat Anti Tuberkulosis (Oat) Fase Intensif

Abstract: ABSTRAKKasus Tb Paru di Indonesia menduduki peringkat ke dua, lebih dari 95% kematian akibat infeksi yang disebabkanMycobacterium Tuberculosis. Salah satu upaya Kemenkes RI ialah Program pengobatan Nasional untuk pemberantasan Tb Paru dengan pengobatan Obat Anti Tuberkulosis. OAT merupakan pengobatan jangka panjang, penggunaannya dapat mempengaruhi fungsi ginjal, yang dapat mengakibatkan adanya penurunan fungsi ekskresi ginjal. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya kadar ureum dan asam urat. Akibat efek sampi… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
2
1

Citation Types

0
0
0
4

Year Published

2021
2021
2024
2024

Publication Types

Select...
4

Relationship

0
4

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(8 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
4
Order By: Relevance
“…Efek samping lain yang ditimbulkan oleh pengobatan TB yaitu terjadi peningkatan ureum dalam tubuh yang disebabkan oleh gangguan ekskresi urea yang tertahan didalam darah, kadar ureum yang tinggi disebabkan oleh obat rifampicin yang menjadi pemicu gangguan pada fungsi ginjal (Djasang & Saturiski, 2019). Pemeriksaan elektrolit dan pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang karena pengaruh efek samping pengobatan TB.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Efek samping lain yang ditimbulkan oleh pengobatan TB yaitu terjadi peningkatan ureum dalam tubuh yang disebabkan oleh gangguan ekskresi urea yang tertahan didalam darah, kadar ureum yang tinggi disebabkan oleh obat rifampicin yang menjadi pemicu gangguan pada fungsi ginjal (Djasang & Saturiski, 2019). Pemeriksaan elektrolit dan pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang karena pengaruh efek samping pengobatan TB.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Djasang, dkk pada tahun 2019 menyatakan bahwa terjadi peningkatan konsentrasi urea pada pasien yang memakai obat anti-tuberkulosis disebabkan oleh sekresi ureum yang tersisa di dalam darah akibat konsumsi obat anti tuberkulosis. (Djasang & Saturiski, 2019). Sejalan dengan penelitian Risma dan Abdul pada tahun 2020 yang menyebutkan bahwa terdapat kenaikan pada kadar ureum yang masih dalam batas normal pada pasien TB (Rahman, D-III Analis Kesehatan, Kesehatan Masyarakat, & Indonesia Timur Jl Abdul Kadir No, 2020).…”
Section: ) Uji Hipotesisunclassified
“…(2018) di wilayah Kamerun Benua Afrika, menyebutkan bahwa pada pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi OAT selama kurang dari 2 bulan diketahui sebanyak 69,8% pasien mengalami peningkatan kadar asam urat [6]. Sementara itu, berdasarkan penelitian oleh Djasang dan Saturiski (2019) di Puskesmas Kota Makassar menunjukkan bahwa dari 30 pasien tuberkulosis paru, sebanyak 60% menga lami peningkatan kadar asam urat [7]. Peningkatan kadar asam urat ini mengarah pada gangguan fungsi ginjal sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut terutama di daerah-daerah dengan tingkat kejadian tuberkulosis paru yang tinggi untuk mencegah perkembangan penyakit.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Kemudian membran lisosom pecah dan melepaskan asam hidrolase yang mengakibatkan kematian sel sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal". (Singh, 2003) Akibat dari mengkonsumsi OAT, menurut Djasang S, Meli Saturiski (2019) bahwa "OAT yang dikonsumsi dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan fungsi ekskresi pada ginjal sehingga senyawa-senyawa obat yang tidak termetabolisme akan dikeluarkan melalui ginjal. Pada organ ini terjadi proses ekskresi dimana ketika obat masuk ke dalam tubuh akan melawati tiga proses yaitu filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal, dan reabsorbsi pasif di sepanjang tubulus.…”
Section: Hasil Penelitianunclassified
“…Menurut Djasang S, Meli Saturiski (2019) bahwa "orang yang terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi protein, asupan makanan yang tinggi protein akan menyebabkan tingginya kadar ureum dan kreatinin. Kondisi susah buang air kecil pada penderita, sehingga ureum yang seharusnya dikeluarkan melalui urin menjadi menumpuk dalam darah.…”
Section: Hasil Penelitianunclassified