Review of Parenting Styles and Their Impact on The Adolescents’ Self-Esteem

A Comparison Between Cognitive Assessment and Neurobiology Technology Assessment of Dyslexia: A Literature Review

“…The use of neurobiology technology to assess Dyslexia, however, has the advantage of being easier to judge on a scale, and the bioinformatics can break through the linguistic limitations, and the bioinformatics does not depend on the child's understanding of the test questions to detect the child's risk of Dyslexia before the cognitive test (Carrasco & Carrasco, 2022). In the field of biological neurology, current research on Dyslexia has evolved from focusing on the neocortex of the brain and showing changes in the degree of asymmetry in the temporal plane at the structural level to finding abnormal white matter integrity along the left arcuate fasciculus (Guadalupe et al, 2015, Zhao et al, 2016Bahrami et al, 2021;Vellasamy et al, 2022;Shirehjini et al, 2023). However, within the field of neurobiology, there is no consensus on which neurobiological signals can accurately predict and determine Dyslexia (Norton et al, 2015).…”

Measurement of Parenting Types Based on Adolescent Perspective: Modification and Content Validity Analysis of the Parenting Styles and Dimensions Questionnaire (PSDQ)

“…Anak dengan pola asuh tersebut dapat memiliki rasa takut, tidak bahagia, cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain, serta memiliki hambatan dalam berkomunikasi (Santrock, 2016). Orang tua dengan pola asuh otoriter dapat menurunkan kemampuan meregulasi emosi pada anak (Boediman & Desnawati, 2019), menurunkan harga diri remaja (Jinan et al, 2022) dan menurunkan resiliensi (Ritter, 2005).…”

“…Selain itu, orang tua cenderung bersikap hangat dan memberikan kasih sayang terhadap anak, sehingga anak menjadi ceria, mandiri, mampu mengendalikan diri, memiliki orientasi pada prestasi, mampu berhubungan ramah dengan teman dan bekerjasama dengan individu lain, juga mampu mengatasi stress dengan baik (Santrock, 2016). Selain itu, penerapan pola asuh otoritatif dapat meningkatkan harga diri remaja (Jinan et al, 2022), meningkatkan resiliensi (Ritter, 2005), meningkatkan kemampuan meregulasi emosi pada anak (Boediman & Desnawati, 2019;Sumargi, Prasetyo & Ardelia, 2020) dan menurunkan permasalahan perilaku internalisasi (seperti cemas dan depresi) (Williams et al, 2009). Penelitian Nyarko (2011) menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif yang diterapkan oleh ayah dan ibu dapat meningkatkan pencapaian akademik pada anak, dan temuan ini juga sesuai dengan penelitian Ishak, Low dan Lau (2011) bahwa pola asuh otoritatif dapat meningkatkan konsep diri akademik dalam mencapai prestasi akademik.…”

“…Anak juga memiliki keinginan yang kuat agar orang tuanya memperhatikan mereka (Santrock, 2016). Orang tua dengan pola asuh neglect cenderung membuat remaja memiliki harga diri yang rendah (Jinan et al, 2022;Perez-Gramaje et al, 2019). Keempat, pola asuh permisif (indulgent parenting).…”

“…Orang tua cenderung memperbolehkan anak untuk melakukan apapun yang diinginkan, sehingga anak tidak pernah belajar untuk mengendalikan perilakunya dan hal ini mempengaruhi kurangnya kompetensi sosial anak (Santrock, 2016). Pemberian kasih sayang yang sangat besar terhadap anak yang diberikan pada orang tua dengan pola asuh permisif ini memang dapat meningkatkan harga diri pada remaja (Jinan et al, 2022), namun dapat menurunkan kemampuan meregulasi emosi pada anak (Boediman & Desnawati, 2019), menurunkan resiliensi (Ritter, 2005) serta meningkatkan perilaku merokok dan mengkonsumsi alkohol (Cohen & Rice, 1997).…”