“…Adapun pada pengujian pakan daun dengan pilihan, penghambatan makan serangga uji, berdasarkan luas daun yang dimakan, dihitung dengan rumus berikut (Prijono, 2005 jsa = jam setelah aplikasi, hsa = hari setelah aplikasi, 1) = data ditransformasi dengan ) 5 , 0 ( x , tn = tidak berbeda nyata, * = berbeda nyata pada taraf 5%, ** = berbeda nyata pada taraf 1%, nilai-nilai dalam kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda menurut uji BNT (p> 0,05) Shang et al (2008) juga menunjukkan bahwa ekstrak metanol biji Brucea terlihat memiliki daya racun secara kontak terhadap kutudaun Myzus persicae yang menimbulkan kematian 98,8% serangga tersebut pada hari ke-2 setelah diaplikasikan, sedangkan ekstrak daunnya menunjukkan indikasi sebagai racun perut yang dalam waktu 2 hari menimbulkan mortalitas 87,8% kutudaun tersebut. Lina et al (2010) yang menguji tiga bentuk sediaan Brucea terhadap larva C. pavonana : ekstrak kasar, serta ekstrak metanol dalam formulasi EC, dan formulasi WP mendapatkan nilai LC50 berturutturut sebesar 0,25%, 0,39%, dan 0,21%, sedangkan formulasi EC terhadap P. xylostella nilai LC50 sebesar 0,31%. Tingginya tingkat mortalitas serangga uji akibat perlakuan ekstrak Brucea pada konsentrasi 50 g/l (jika diekstraks dengan air) maupun pada konsentrasi tidak lebih dari 0,5% (jika diekstrak dengan pelarut organik) mengindikasikan layaknya pengkajian lebih lanjut bahan tumbuhan yang diduga berpotensi dalam pengendalian hama (Prijono, 2005).…”