2013
DOI: 10.21002/jepi.v13i2.489
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Pengaruh Variabel Sosio-Demografis terhadap Mobilitas Ulang-Alik di Jabodetabek

Abstract: This study aims to explain the effect of socio-demographic variables i.e. sex, wage, employment status, and marital status on commuting in Jabodetabek. The result of binary logistic regression using Sakernas 2012 shows that male are more likely to commute than female. Male in formal sector have the highest probability to commute while by marital status, unmarried male have the highest probability to commute. The level of wage is positively related with the probability to commute although at certain level of wa… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3

Citation Types

0
0
0
3

Year Published

2020
2020
2021
2021

Publication Types

Select...
2

Relationship

0
2

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(3 citation statements)
references
References 8 publications
0
0
0
3
Order By: Relevance
“…Kecelakaan kerap terjadi di wilayah metropolitan serta di wilayah dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi [22]. Wilayah metropolitan yang memiliki kepadatan lalu lintas tertinggi di Indonesia adalah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dengan rata-rata waktu tempuh mencapai 90 menit [39]. Berdasarkan data Statistik Komuter Jabodetabek 2019, terdapat 3.259.894 penduduk Jabodetabek berstatus komuter yang melakukan mobilitas ulang-alik atau perjalanan pulang-pergi pada hari yang sama, dan 626.933 di antaranya merupakan komuter pelajar, yaitu komuter yang memiliki kegiatan utama belajar.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Kecelakaan kerap terjadi di wilayah metropolitan serta di wilayah dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi [22]. Wilayah metropolitan yang memiliki kepadatan lalu lintas tertinggi di Indonesia adalah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dengan rata-rata waktu tempuh mencapai 90 menit [39]. Berdasarkan data Statistik Komuter Jabodetabek 2019, terdapat 3.259.894 penduduk Jabodetabek berstatus komuter yang melakukan mobilitas ulang-alik atau perjalanan pulang-pergi pada hari yang sama, dan 626.933 di antaranya merupakan komuter pelajar, yaitu komuter yang memiliki kegiatan utama belajar.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Faktor rumah tangga yang mempengaruhi keputusan melakukan commuting antara lain pemukiman di daerah asal (Pebrian & Ratnasari, 2013;BPS, 2009;Permatasari dan Hudalah, 2013), jarak, pemukiman, lingkungan tempat tinggal (Verhetsel et al, 2010) serta faktor keluarga (Bengi & Jamal, 2017). Selain faktor rumah tangga, keputusan komuter juga dipengaruhi oleh faktor individu antara lain pendidikan (Ishaq et al, 2014;Warsida et al, 2013;Syamsiyah et al, 2015), usia (Ishaq et al, 2014;Warsida et al, 2013;Permatasari dan Hudalah, 2013;Syamsiyah et al, 2015;Bengi & Jamal, 2017) dan status pernikahan (Ishaq et al, 2014;Warsida et al, 2013;Permatasari & Hudalah, 2013;Bengi dan Jamal, 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Sifatnya yang non permanen mengakibatkan keberadaan komuter tidak mempengaruhi jumlah penduduk secara administratif namun mempengaruhi penggunaan keberadaan fasilitas-fasilitas umum dan sosial pada daerah tujuan sehingga semakin banyak fasilitas yang perlu disiapkan untuk menampung penduduk dan komuter yang datang pada siang hari. Keberadaan komuter menimbulkan berbagai dampak negatif di antaranya kemacetan (Warsida et al, 2013;Krisjane et al, 2012;Wu et al, 2019), inefisiensi waktu (Stone & Schneider, 2016;Handy & Thigpen, 2018), kualitas hidup memburuk (Stone & Schneider, 2016;Warsida et al, 2013), sosialisasi dengan lingkungan pekerja berkurang (Warsida et al, 2013), kepuasan hidup berkurang (Sha et al, 2019;Nie & Sousa-Poza, 2016), meningkatkan risiko obesitas (Sha et al, 2019;Kunn-Nelen, 2015), mengurangi produktivitas (Haddad & Barufi, 2017), stres (Stone & Schneider, 2016;Gimenez-Nadal & Molina, 2019;Wang et al, 2019;Handy & Thigpen, 2018), mempengaruhi tingkat kebahagiaan (Zhu & Fan, 2018;Nie & Sousa-Poza, 2016), kelelahan (Stone & Schneider, 2016;Gimenez-Nadal & Molina, 2019), bahkan menyebabkan kematian (Sandow et al, 2014).…”
Section: Pendahuluanunclassified