Online Business Practices: A Study of Islamic Business Ethics Perspective in Indonesia

Abstract

Islamic business ethics is the implementation of the basic principles of Islamic-based business, which the Al-Qur'an and As-Sunnah guide. This study will explain online business practices in Indonesia by observing an Islamic perspective. This study uses a qualitative strategy by investigating Islamic business ethics in online business practices in Indonesia through information and document data collection in the form of reputable online media news. Data were analyzed and managed using Nvivo plus 12; then, conclusions were drawn. The aim of this study is achieved by finding that there are still many ethical violations in online business practices from a religious perspective. The findings also reveal that Islamic values are rarely used in business implementation because some violations occur not based on the intention of worship and are not based on Islamic principles such as At-Tauhid, Al-Amanah, As-Sidq, Al-Adalah, At-Ta'awun, Al-Maslahah, At-Taradi, and Al-Akhlaq Al-Karimah. This also proves that online business practices are still oriented to worldly aspects. The implication of the results of this study explains that doing business activities from an Islamic perspective contains principles that comprehensively govern ethics. So that the purpose of doing business is not solely for the interests of worldly welfare but the welfare of the ukhrawi in the pleasure of Allah SWT, and the benchmarks are al-Qur'an and al-Hadith

Islamic Business Ethics in Fiqh on the Transaction of Corn Crops by Estimation System in Nagari Sumanik, Salimpaung District, Tanah Datar Regency

“…When the agreement occurs during the contract, and the parties willingly consent, but subsequently, one of the parties feels aggrieved, then the mutual consent will dissipate, and the contract will be canceled. Review of Muamalah Jurisprudence on the corn buying and selling with the estimation system in Nagari Sumanik based on observations, there is an element of coercion where the seller is forced to agree with the pricing by buyers who are uncertain in terms of the contract because there is no khiyar when a transaction has occurred, neither the buyer nor the seller can cancel it if there is a loss from one of the parties (Dwi Saputra et al, 2022;Ulfa & Nawawi, 2022).…”

Etika Bisnis Islam: Dapat Direalisasikan atau Hanya Sebatas Teori ?

“…Pada penelitian yang dilakukan oleh (Saputra et al, 2022) terkait dengan praktik bisnis online di Indonesia menemukan bahwa masih banyak pelanggaran etika dalam praktik bisnis online dari perspektif keagamaan, salah satunya penipuan dari segi gambar produk yang dipajang tidak sesuai dengan produk yang dikirimkan, seperti bahan yang digunakan, warna dan ukuran yang ditampilkan. Temuan ini juga mengungkapkan bahwa nilai-nilai Islam jarang digunakan dalam pelaksanaan bisnis karena beberapa pelanggaran yang terjadi tidak didasarkan dengan niat ibadah dan prinsip-prinsip Islam seperti kesatuan, terpercaya, kejujuran, keadilan, saling tolong menolong, bermanfaat, suka sama suka, dan akhlak yang baik dan terpuji.…”

“…Pada kegiatan bisnis sering terjadi pelanggaran disebabkan nilai-nilai Islam tidak dijalankan karena niatnya bukan ibadah namun orientasi kepada dunia, sehingga prinsip-prinsip Islam seperti kesatuan, terpercaya, kejujuran, keadilan, saling tolong menolong, bermanfaat, suka sama suka, dan akhlak dan terpuji tidak lagi di penuhi dalam berbisnis, dengan sendirinya konsumen yang akan dirugikan dan tertipu (Dwi Saputra et al, 2022), kerusakan lingkungan, ketidaknyamanan masyarakat sekitar, menimbulkan polusi udara, yang tidak sesuai dengan nilai kebermanfaatan pada etika bisnis Islam ( Rahmah & Eprianti, 2021), bahkan bersedia membeli barang curian untuk dijual kembali serta tidak memberikan informasi yang benar mengenai kondisi barang yang dijual kepada konsumen (Muzaiyin, 2018), menjual makanan yang kurang layak yang dapat membahayakan pembeli (Umuri & Ibrahim, 2020), terjadi unsur penipuan, kecurangan dan janji palsu yang dilakukan oleh produsen dalam jenis kualitas produk dan ketidaksesuaian harga yang ditetapkan (Baladina & Ashlihah, 2021;A. Koni et al, 2020), memaksakan kehendaknya karena adanya ketidakberdayaan dengan menetapkan harga dibawah batas kewajaran untuk memperoleh keuntungan yang sangat besar (Putri et al, 2019).…”

“…Penerapan etika bisnis Islam yang ada berdasarkan penelusuran hasil penelitian terdahulu umumnya masih sangat sedikit yang mengikuti teori, prinsip dan contoh teladan bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah, bagaimana berperilaku dalam berbisnis secara Islam, walaupun mengetahui dan memahami (Assiamah, 2014) namun tidak menerapkan bahkan banyak yang justru mengindahkan etika (Aslakhah Baladina & Ashlihah, 2021;Dwi Saputra et al, 2022;Hanum Auliya Rahmah & Nanik Eprianti, 2021;A. Koni et al, 2020;Muzaiyin, 2018;Putri et al, 2019;Umuri & Ibrahim, 2020).…”

“…Hal ini terjadi karena meskipun mereka mengetahui dan faham mengenai adanya etika bisnis Islam tetapi belum menerapkan ke dalam praktek bisnis (Assiamah, 2014), walaupun ada yang sudah menerapkan seperti (Fatmawati et al, 2020;Juliana et al, 2019;Salim, 2018), namun masih terdapat beberapa hal yang harus di tingkatkan, diantaranya perlu penertiban admistrasi dan ketersediaan fedback untuk pembeli. Selebihnya lebih banyak yang tidak menerapkan bahkan tidak mengindahkan dengan melakukan praktek yang menyimpang dari etika bisnis Islam, diantaranya melakukan penipuan ( Baladina & Ashlihah, 2021;Saputra et al, 2022), cara perolehan produk yang tidak halal dan suci (Muzaiyin, 2018), ketidaksesuaian harga ( Koni, 2017), bahkan semenamena menentukan harga (Putri et al, 2019), serta tidak memberi manfaat kepada lingkungan sekitarnya (Rahmah & Eprianti, 2021) dan dapat membahayakan konsumen (Umuri & Ibrahim, 2020). Hal ini terjadi karena pelaku bisnis masih di landasi pemikiran untuk mensejahterakans diri sendiri/egoisme, tidak ingin menderita sebagaimana dalam teori normatif yang menyatakan pengambilan keputusan di dasarkan dari sudut pandang yang menguntungkan (Stavrova, 2020).…”