KARAKTER MADU LEBAH HUTAN (Apis dorsata Fabr.) DARI BERBAGAI BIOREGION DI RIAU

Abstract

Characteristics of Apis dorsata`s forest honey from bioregions of Riau have not been studied intensively. This research is aiming to provide characteristic information on honey from bioregions of Riau based on SNI 8664-2018.The study was conducted in September to November 2015. Honey samples were collected from eight districts of six bioregions in Riau Province, i.e Bengkalis and Selat Panjang (downstream), Kampar (mineral forest), Pelalawan (peat swamp forest), Rokan Hilir (river bank), Siak (Acacia plantation forest), and Kuansing (oil palm and rubber plantation). Samples of each bioregion were analyzed based on SNI 8664-2018 procedures. Results show that wild honey characteristics were not significantly different among bioregions for almost all parameters in SNI 8664-2018. However, the diastase enzyme parameter in honey taken from Pelalawan was the only parameter that had significant value. In addition, the parameter of water content and reducing sugar content were only two parameters that did not meet the SNI 8664-2018 requirements. Meanwhile, the type and size of pollen could be used for determining the origin of honey between Riau bioregions. ABSTRAKKarakteristik madu lebah hutan Apis dorsata yang berasal dari bioregion Riau belum dipelajari secara intensif. Penelitian ini mempelajari karakteristik madu lebah hutan dari bioregion Riau berdasarkan Standar Nasional Indonesia. Penelitian dilakukan pada bulan September hingga November 2015. Tiga sampel madu hutan diambil sebagai ulangan pada setiap bioregion dan dianalisis berdasarkan prosedur uji SNI 8664-2018. Sampel madu dikumpulkan dari enam bioregion hilir dan pesisir pantai (Bengkalis dan Selat Panjang), hutan dengan tanah mineral (Kampar), hutan rawa gambut (Pelalawan), aliran sungai (Rokan Hilir), hutan tanaman (Siak), dan perkebunan kelapa sawit dan karet (Kuansing). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antar bioregion terhadap mayoritas parameter yang terdapat pada SNI 8664-2018. Namun, parameter gula reduksi dan kadar air pada seluruh sampel yang diuji tidak memenuhi persyaratan SNI 8664-2018. Lebih lanjut, jenis dan ukuran polen yang terdapat pada sampel madu dapat dijadikan metode untuk penentuan asal usul madu berdasar bioregion.

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA MADU Heterotrigona itama ASAL PROVINSI RIAU

“…Riau meruapakan salah satu provinsi penghasil madu terbesar di Indonesia. Menurut Pribadi & Purnomo (2013) produksi madu hutan (Apis dorsata) di Riau mencapai 400 ton pada tahun 2010 dan jumlah ini diperkirakan terus menurun seiring terjadinya perubahan landscape. Akan tetapi, karena dipicu oleh pandemi covid 19, sekitar tahun 2020 produksi madu hutan (Apis dorsata) yang menurun ini digantikan oleh kehadiran lebah Apis mellifera.…”

“…Warna madu bergantung pada asal sumber nectar dan juga komposisi mineral dari tanah dimana tanaman yang diambil nektarnya tumbuh. Meskipun komposisi mineral pada madu hanya hanya 1%-2% per 100 gr madu (Bogdanov et al, 2007), beberapa masyarakat lebih menyukai madu yang berwarna terang (water white dan extra white) dan beranggapan bahwa memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan madu berwarna gelap (Pribadi & Wiratmoko, 2019). Akan tetapi, secara umum madu yang berwarna gelap memiliki mineral lebih tinggi dibanding madu yang berwarna terang (Somerville, 2005).…”

The effect of forest honey solution on the plaque and gingivitis index in adolescent

“…47 Obat kumur alternatif yang memiliki daya antibakteri, aman serta jarang menimbulkan efek samping dapat juga diperoleh dari bahan alami, salah satunya adalah madu hutan. 47,48 Madu hutan merupakan cairan manis yang sumber nektarnya berasal dari berbagai jenis tumbuhan bunga; 49 dapat digunakan sebagai obat kumur alami alternatif yang jarang menimbulkan efek samping. 48 Berkumur larutan madu hutan dapat digunakan sebagai kontrol plak yang membantu mengurangi bakteri patogen.…”

Pengembangan Usaha Budidaya Lebah Madu Kelulut pada Kelompok Tani Hutan Tunggal Warga Sukajadi

“…Kelurahan Selensesn merupakan Desa yang cukup luas dengan mempunyai luas wilayah 16.000 Ha terdiri dari perladangan: ±40 Ha, perkebunan: ±8000 Ha, pertambangan atau galian: ±500 Ha (1 Unit). Masyarakat Kelurahan Selensen sebagian besar bekerja di bidang pertanian atau perkebunan [3].…”

“…Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kek Et Al dan Shamsudin menunjukkan bahwa kandungan senyawa fenolik madu kelulut yang diternakkan di perkebunan Gelam mencapai 4 kali lipat dibanding madu lebah ternak dan lebih dari 100 kali lipat untuk kemampuan antioksidannya [13]. Madu kelulut memiliki karakter yang berbeda dengan madu hutan (Apisdorsata) yaitu memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan madu hutan (A. dorsata) di Riau dan Sumatera Barat yang berkisar 23,83% s.d 26.7% [3]. Madu memiliki pangsa pasar yang luas dan prospek yang baik sehingga banyak pemburu lebah madu berkompetisi dalam persaingan dibidang usaha ternak lebah madu.…”