“…Antifungal yang dihasilkan dapat merusak hifa atau miselium sehingga mengalami pertumbuhan yang abnormal baik itu melalui interaksi langsung dengan bakteri ataupun diekskresikan ke dalam media. Bakteri yang mampu menghambat Foc terjadi melalui beberapa mekanisme yang mungkin seperti 1) parasit dengan menghasilkan enzim hydrolase kitinase dan β-1,3 glukanase, 2) antagonis dengan antibiotik atau antifungi, 3) Induksi resisten melalui asam salisilat, lipopolisakarida dan sidephore 4) kompetisi nutrisi dan relung (Riastiwi, 2017); (Ploetz, 2000); (Sukmadjaja, 2013). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ayyadurai et al, 2006) bakteri P. aeruginosa yang diisolasi dari daerah rizosfer pisang memiliki kemampuan menghasilkan hormon IAA, melarutkan posfat, memproduksi sidephore dan senyawa antibiosis spektrum luas berupa DAPG (2,4-diacetylphloroglucinol) yang memilki zona bening terhadap Foc 0.16-0.25 cm, sementara itu hasil penelitian (Tan et al, 2013) mendapatkan isolat B. subtilis B25 memiliki senyawa antifungal dari golongan protein, (Ho et al, 2014) juga memperoleh bahwa bakteri B. cenocepacia 869T2 dapat menghambat pertumbuhan Foc sebesar 44.4% secara in vitro.…”