2019
DOI: 10.24042/atjpi.v9i2.3622
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Eksistensi Moderasi Islam dalam Kurikulum Pembelajaran PAI di SMA

Abstract: Students become very vulnerable groups dragged down by the flow of religious radicalism. The age is still very young and still unstable with a burning spirit, and longing to practice religion more kāffah (comprehensive) making young groups including Muslim students in high school will be the most vulnerable social groups infiltrated and targeted by radical groups preach religious understanding and attitudes that are rigid and tend to be superficial. On the other hand, religious liberalism at the same time has … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
2
1

Citation Types

0
9
0
9

Year Published

2020
2020
2023
2023

Publication Types

Select...
9

Relationship

1
8

Authors

Journals

citations
Cited by 19 publications
(18 citation statements)
references
References 9 publications
0
9
0
9
Order By: Relevance
“…Unsur-unsur ini menjadikan moderasi relevan dalam konteks masyarakat yang majemuk (Nurul, 2020). Atas dasar ini, penanaman atas moderasi beragama seharusnya ditanamkan secara dini dalam pendidikan siswa agar dapat terhindar dari sikap radikal, liberal, dan intoleransi (Yunus & Salim, 2019). Dengan penanaman moderasi dalam berbagai tingkat dapat mewujudkan perilaku masyarakat yang moderat.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Unsur-unsur ini menjadikan moderasi relevan dalam konteks masyarakat yang majemuk (Nurul, 2020). Atas dasar ini, penanaman atas moderasi beragama seharusnya ditanamkan secara dini dalam pendidikan siswa agar dapat terhindar dari sikap radikal, liberal, dan intoleransi (Yunus & Salim, 2019). Dengan penanaman moderasi dalam berbagai tingkat dapat mewujudkan perilaku masyarakat yang moderat.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Segmentasi berikutnya yang dapat diamati, terletak pada aspek tipologi hubungan antaragama dengan mengambil lokus penelitian di beberapa daerah di Indonesia, sebagaimana Aini (Aini, 2009) yang melakukan penelitian di Bogor,Jawa Barat;Fidiyani (Fidiyani, 2013) dan Atabik (Atabik, 2016) yang menyisir wilayah Jawa Tengah, yakni Kabupaten Banyumas dan Lasem, Rembang sebagai lokus risetnya tentang toleransi agama di sana, serta riset Pamungkas yang menjadikan Buleleng sebagai lokus dalam risetnya (Pamungkas, 2014), hingga toleransi masyarakat di pesisir timur Indonesia, yang menjadi fokus riset Purna (Purna, 2016), Amalia(Amalia & Nanuru, 2018) atau Mokodenseho (Mokodenseho & Wekke, 2017 (Nathasi, 2019). Sebagai suatu upaya konseptual pendukung langkah Kemenag tersebut, maka kurikulum pendidikan dapat menjadi salah satu celah dalam proses penyemaian yang dimaksud, sebagaimana hasil simpulan riset Siswanto (Siswanto, 2019), Yunus (Yunus & Salim, 2018), maupun Ekawati (Ekawati, Suparta, Sirin, Maftuhah, & Pifianti, 2019), yang selaras dengan program pemerintah dalam hal pendampingan review kurikulum di lembaga pendidikan agar bermuatan moderat (Pendis.kemenag, 2019 "RPP yang kami buat pada tiap pertemuan di kelas, sudah sesuai dengan kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah pusat. Nah, melalui RPP yang kami ikuti tersebut, kami juga berupaya tidak sekedar mentransfer pengetahuan saja, tetapi juga sebagai acuan kami untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada para siswi kami, termasuk bagaimana caranya bersikap moderat dalam hal keberagamaan saat berinteraksi dengan sesama teman maupun Bapak Ibu guru di sekolah.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Selain itu, evaluasi kurikulum juga dimaksudkan sebagai proses memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari beberapa aspek, yaitu efektivitas, relevansi, efisiensi, dan kelayakan program. Evaluasi kurikulum pada prinsipnya bertujuan untuk: (1) perbaikan program; (2) pertanggungjawaban kepada berbagai pihak; dan (3) penentuan tindak lanjut hasil hasil pengembangan (Yunus & Salim, 2019).…”
Section: Jurnal Ilmiah Iqra' Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan [Ftiunclassified