2021
DOI: 10.1590/2316-82422021v4203gac
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Liberdade e vontade de potência na filosofia de Nietzsche

Abstract: Resumo: O presente trabalho se propõe a pensar a questão da liberdade na filosofia de Nietzsche. Seria possível pensar a liberdade a partir da crítica radical ao livre-arbítrio e à moral feita pelo filósofo? Para isto, partiremos da caracterização da vontade de potência, entendida como expressão imediata de força e sempre em direção ao crescimento, para depois pensá-la em relação às ações humanas, entendendo que essas obedecem à mesma lógica. Por fim, a questão da liberdade será entendida enquanto proposta de … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2022
2022
2024
2024

Publication Types

Select...
2

Relationship

0
2

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(2 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Nietzsche dalam karyanya yaitu The Will to Power menyebutkan bahwa hakekat terdalam dari eksis (ada) adalah kehendak untuk berkuasa (Camargo, 2022) Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kehendak dalam kehendak untuk berkuasa selalu bersifat memerintah dan mentaati tanpa mengandaikan pasivitas apapun (Sunardi & Mohamad, 1996).…”
Section: Kehendak Untuk Berkuasaunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Nietzsche dalam karyanya yaitu The Will to Power menyebutkan bahwa hakekat terdalam dari eksis (ada) adalah kehendak untuk berkuasa (Camargo, 2022) Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kehendak dalam kehendak untuk berkuasa selalu bersifat memerintah dan mentaati tanpa mengandaikan pasivitas apapun (Sunardi & Mohamad, 1996).…”
Section: Kehendak Untuk Berkuasaunclassified
“…Gagasan tentang nihilism selanjutnya akan menghasilkan gagasan bahwa manusia mempunyai kehendak penuh atas kehidupannya tanpa mengindahkan adanya norma-norma yang mengikat. Pemikiran Nietzcshe tentang kehendak dituangkan pada gagasan the will to power (Camargo, 2022). Jadi, Eksistensi manusia diukur dengan bagaimana manusia mangaktualisaikan kehendaknya dan membebaskan diri dari norma-norma yang membelenggu termasuk segala sesuatu yang bersifat sacral, termasuk agama.…”
Section: Eksistensialisme Dalam Kaidah Penafsiran Salaf Dalam Kitab Q...unclassified