<p align="center"><strong>Abstrak</strong></p><p class="11daftarpustaka"> </p><p>Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah memenuhi kebutuhan masyarakat atas sarana dan prasarana public. Salah satu kebutuhan masyarakat adalah tersedianya sumber air irigasi yang memadai untuk mengairi sawah. Embung Alue Sapi mempunyai luas genangan kurang lebih 4 Ha mengairi sawah seluas 500 Ha, Dalam beberapa tahun terakhir embung tersebut tidak lagi berfungsi karena telah terjadi kerusakan sehingga perlu dilakukan perbaikan. Agar pelaksanaan perbaikan dapat sesuai sasaran, maka perlu dilakukan kajian jenis dan tingkat kerusakan sehingga akan diperoleh suatu gambar detail desain melalui Survey Investigasi Disain (SID). Tujuan investigasi disain untuk mengetahui kelayakan embung dalam melayani ketersediaan air persawahan bagi masyarakat. Debit kebutuhan air sebesar 0.65 m<sup>3</sup>/det, hal ini lebih kecil dari debit periode ulang 2 tahunan sebesar 0,784 m<sup>3</sup>/det, Untuk periode ulang 5 tahunan sebesar 1,036 m<sup>3</sup>/det, periode ulang 10 tahunan sebesar 1,203 m<sup>3</sup>/det dan periode ulang 25 tahunan sebesar 1,413 m<sup>3</sup>/det. Hal ini menunjukkan bahwa potensi air pada embung Alue Sapi cukup memadai, terjadinya masalah tidak berfungsinya embung disebabkan oleh kerusakan pada bagian dinding bangunan bendung, kerusakan pada pintu pembagi dan kurangnya kapasitas tampungan embung.</p><p class="11daftarpustaka"> </p><p class="11daftarpustaka">Kata kunci: <em>Investigasi, </em><em>disain bangunan embung.</em><em></em></p><p align="center"><strong> </strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p align="center"><strong>Abstract</strong></p><p class="11daftarpustaka"> </p><p class="11daftarpustaka">To improve the welfare of the community, the government meets the needs of the community for public facilities and infrastructure. One of the needs of the community is the availability of adequate sources of irrigation water to irrigate rice fields. Alue Sapi embankment has a pool area of approximately 4 ha irrigating 500 hectares of rice fields. In the last few years the reservoir has no longer functioned because of damage so it needs to be repaired. In order for the implementation of repairs to be in accordance with the target, it is necessary to study the type and level of damage so that a detailed design image will be obtained through the Design Investigation Survey (SID). The purpose of the design investigation is to determine the feasibility of a reservoir in serving the availability of paddy water for the community. Discharge of water needs is 0.65 m3 / sec, this is less than the annual 2-period return discharge of 0.784 m3 / sec, for an annual 5-year return period of 1.036 m3 / sec, a 10-year return period of 1.203 m3 / sec and a 25-year return period amounting to 1,413 m3 / sec. This shows that the water potential in the Alue Sapi reservoir is sufficient, the problem of the malfunctioning of the dam is caused by damage to the walls of the dam building, damage to the divider door and lack of reservoir capacity.</p><p class="11daftarpustaka"> </p><p class="11daftarpustaka">Keywords: <em>Investigation, design of reservoir buildings.</em><em></em></p>
<p>Structural degradation caused by sudden damaging extreme events (<em>e.g. </em>earthquake) has significant impact on residual life of bridges and ultimately the collapse of bridges. This paper presents a reliability-based approach of a bridge subjected to shock degradation caused by earthquake events. In particular, this study develops a numerical procedure for assessing time dependent probability of failure to estimate the residual life a bridge. Key factors that govern the residual life of a bridge (e.g., damage size caused by earthquake shocks and loss of initial structural capacity) were investigated. The results of study show that both damage size caused by earthquake shocks and loss of initial structural capacity are key factors that govern residual life of a bridge.</p><p> </p><p>Keywords: <em>residual life, earthquake, shock degradation, bridge</em>.</p>
AbstrakDinding geser adalah slab beton bertulang yang dipasang pada posisi vertikal pada sisi gedung tertentu yang berfungsi menambah kekakuan struktur dan menyerap gaya geser yang besar seiring dengan semakin tingginya struktur. Ketika dinding geser ditempatkan pada lokasi tertentu yang cocok dan strategis, dinding tersebut dapat digunakan secara ekonomis untuk menyediakan tahanan beban horisontal yang diperlukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi tata letak dinding geser terhadap waktu getar alami fundamental struktur gedung serta gaya geser dasar dan simpangan antar lantai yang terjadi dan gaya-gaya dalam pada bangunan akibat adanya beban gempa. Semua variasi dinding geser di analisis dengan bantuan program Extended Three-dimensional Analysis Building System (ETABS). Hasil penelitian ini waktu getar alami fundamanetal yang paling kecil terdapat pada model 5 dengan nilai sebesar 0,957 detik sedangkan yang paling besar terdapat pada model 3 sebesar 1,264 detik. Untuk nilai drift yang paling besar terdapat pada model 6 sebesar 30,322 mm sedangkan nilai yang paling kecil terdapat pada model 3 sebesar 12,128 mm. Untuk nilai geser dasar hanya model 6 yang memenuhi syarat SNI 03-1726-2012 sedangkan yang lain tidak memenuhi sehingga harus dilakukan pembesaran gaya geser. Pemodelan simetris pada model 4, model 5, model 6 memiliki nilai gaya dalam yang kecil. Sehingga dari semua pemodelan dinding geser pada pemodelan simetris yang memenuhi semua syarat SNI 03-1726-2012 dan memiliki gaya-gaya dalam yang kecil.Kata kunci: Dinding geser, waktu getar alami fundamental struktur
<p>AC-WC (Asphal Concrete-Wearing Course) merupakan lapis aspal beton (laston) yang berfungsi sebagai lapisan aus pada sebuah konstruksi perkerasan jalan. Sebagai bahan pengisi pada lapis ini biasanya digunakan abu batu. Pada penelitian ini dilakukan alternatif pengganti bahan pengisi yaitu dengan menggunakan abu sekam padi yang diambil dari limbah hasil pembakaran pada kilang padi. Tujuan penelitian ingin mengetahui seberapa besar perbedaan nilai para meter marshall antara abu batu dengan abu sekam padi sebagai pengganti filler pada campuran aspal panas AC-WC. Metode yang digunakan adalah metode bina marga, dengan membuat benda uji dari kedua campuran sesuai syarat Depkimpraswil (2002) dengan beberapa variasi tertentu, selanjutnya dilakukan pengujian Marshall dilaboratorium. Penelitian ini hanya melihat perbedaan nilai parameter Marshall antara abu batu dengan abu sekam padi.Dari hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium diporeh nilai parameter marshall sebagai berikut: nilai Density, Stabilitas, Flow dan Marshall Quotient meningkat (lebih besar) pada campuran yang menggunakan abu sekam padi. Kenaikan nilai Density, Stabilitas, Flow dan Marshall Quotient secara merata (optimum) terjadi pada campuran yang menggunakan abu sekam padi 6%. Sedangkan pada campuran abu sekam padi 8% terjadi penurunan nilai stabilitas.</p><p><strong>Kata kunci:</strong> Stabilitas, Laston, Abu Sekam Padi</p>
AbstrakPerkerasan jalan AC-BC yang terlalu dini rusak tidak sesuai dengan umur rencana biasanya di sebabkan oleh faktor beban berlebih dan mutu campuran aspal. Dewasa ini telah banyak diteliti tentang bahan pengisi (filler) dari material lokal yang banyak digunakan dan ramah lingkungan untuk memodifikasi sifatsifat aspal dalam campuran aspal beton sehingga dapat memperbaiki kinerja perkerasan dari sisi nilai parameter Marshall. Penelitian ini untuk melihat pengaruh kadar filler abu batu kapur (ABK) dan abu tempurung kelapa (ATK) pada perkerasan jalan AC-BC dengan metode Spesifikasi Umum Bina Marga Revisi 3 yang ditinjau dari karakteristik Marshall, dengan membandingkan perilaku campuran AC-BC yang menggunakan filler ABK dan ATK dengan campuran normal. Pada penelitian ini KAO yang didapatkan sebesar 6% dan untuk benda uji dengan filler ABK dan ATK dengan variasi 100:0; 0:100; 25:75; 50:50 dan75:25. Hasil pengujian perbandingan nilai stabilitas menunjukkan nilai stabilitas yang didapat dari penggunaan filler ABK dan ATK dengan metode spesifikasi Bina Marga 2010 revisi 3 meningkat dibandingkan dengan tanpa adanya penggunaan filler ABK dan ATK yaitu nilai stabilitasnya sebesar 1562,95 kg, sedangkan campuran normal sebesar 1430,19 kg. Untuk nilai density, VFWA, stabilitas, dan flow mengalami peningkatan pada semua variasi, sedangkan nilai VMA, VITM, dan MQ mengalami penurunan dan masih dalam spesifikasi yang disayaratkan, selanjutnya untuk nilai durabilitas adalah 80,3%, nilai tersebut belum memenuhi nilai yang disyaratkan. Pada penelitian ini hanya pada variasi filler 25% ABK dan 75% ATK yang menunjukan seluruh nilai parameter Marshall telah memenuhi Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi, hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh durabilitas dalam variasi campuran filler pada aspal beton AC-BC. Kata kunci: Abu Batu Kapur, Abu Tempurung Kelapa, Marshall 1.Pendahuluan Batuan kapur (limestone) termasuk batuan sedimen, batuan ini terdiri dari kalsium karbonat (CaCO 3 ) mencapai 95%, selain kalsium karbonat batu kapur juga megandung silika, magnesit, alumina serta beberapa senyawa lainnya namun dalam jumlah yang lebih kecil. Sedangkan Abu tempurung kelapa mengandung senyawa karbon non-polar sama seperti senyawa karbon yang terdapat pada aspal, diharapkan penambahan Abu Batu Kapur (ABK) dan Abu Tempurung Kelapa (ATK) sebagai filler akan dapat memperbaiki kinerja campuran aspal beton.Penggunaan filler pada campuran aspal beton banyak diteliti untuk mendapatkan kinerja campuran yang baik dan ekonomis, namun untuk jenis bahan tertentu harganya dipasaran sudah mulai mahal dan susah ditemukan di daerah-daerah tertentu sehingga campuran aspal menjadi tidak ekonomis, selain itu perlu suatu upaya pemanfaatan material local dan bagaimana bahan lokal
<p>Keselamatan dalam berlalu lintas sangat dipengaruhi oleh perilaku pengendara sepeda motor. Salah satu aspek indicator perilaku adalah pengetahuan tentang rambu-rambu lalulintas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengetahuan tentang rambu lalu lintas terhadap perilaku pengendara sepeda motor pada kecelakaan lalu lintas. Selain variable pengetahuan rambu lalu lintas juga diteliti variable disiplin pengendara, perawatan kenderaan. Pada penelitian ini digunakan model analisis Structural Equation Model (SEM) dengan Analisis Konfirmatori Faktor (CFA) yang dibantu dengan software Analisis Moment Of Structure (AMOS) 20.0. Kuesioner diberikan kepada 190 responden. Karakteristik responden 54,3 berjenis kelamin laki-laki, 55,7% perempuan, usia responden 15-50 tahun. 48,1% adalah pelajar/mahasiswa. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pengetahuan pengendara sepeda motor berpengaruh sebesar 16,2% terhadap perilaku pengendara dengan nilai critical ratio sebesar 2,033 dan nilai p-value 0,04 jadi dapat disimpulkan bahwa variabel yang dibentuk faktor perilaku pengemudi terhadap kecelakaan lalu lintas diperoleh nilai loading factor sebesar 0,749 dengan p-value signifikan maka dapat menjelaskan kondisi aktual kecelakaan lalu lintas .<br />Kata kunci : Pengetahuan rambu, perilaku pengendara, kecelakaan lalu lintas</p>
<p>Setiap tahun sungai Krueng Keureuto menimbulkan bencana banjir di daerah pengalirannya terutama di kecamatan Matangkuli, Lhoksukon, Baktiya, Tanah Pasir dengan lama genangan 7 hari sampai 15 hari serta tinggi genangan 60 cm sampai 100 cm. Kontradiksi antara kebutuhan lahan untuk pengembangan pembangunan wilayah dengan kebutuhan lahan yang mampu menjadi penyangga air perlu diatasi melalui suatu kajian optimasi spasial agar kedua kebutuhan tersebut dapat terpenuhi namun juga dapat mereduksi kelebihan air yang akan berakibat banjir. Disamping itu perlu dilakukan upaya partisipasi masyarakat sebagai salah satu stake holders dalam melakukan tindakan preventiv maupun mitigasi bencana banjir. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa partisipasi masyarakat masih rendah dan kurangnya peluang yang diberikan oleh pemerintah daerah pada keikutsertaan masyarakat. Untuk penanggulangan banjir dengan pendekatan struktural (structural approach) mempunyai kecenderuangan terhadap tingginya biaya yang diperlukan sementara keterbatasan anggaran pada pemerintah daerah merupakan konstrain pada aspek tersebut sehingga perlu dilakukan strategi non structural approach dengan melibatkan masyarakat dan mengandalkan konsep modal sosial yaitu trust (kepercayaan),</p><p><strong>Kata Kunci :</strong> Spasial, Partisipasi Masyarakat, Banjir</p>
<p>Pada dasarnya kekuatan beton terhadap tekan cenderung ditentukan oleh material yang digunakan seperti agregat kasar (kerikil), agregat halus (pasir kasar dan pasir halus), serta seme, Pada penelitian ini jumlah benda uji sebanyak 135 benda uji yang terdiri dari bentuk kubus bersisi 15 cm, bentuk kubus bersisi 20 cm dan bentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm ditinjau dari pengaruh faktor air semen (water cement ratio) yang selanjutnya disingkat dengan w/c ratio yang dibuat dengan 9 jenis dari w/c ratio 0,450 sampai dengan w/c ratio 0,650 masing-masing dengan range 0,050 dan diuji dengan mesin tekan dengan berbagai factor umur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan beton sangat ditentukan oleh bentuk benda uji, umur benda uji dan faktor air semen (water cement ratio) di mana diperoleh kesimpulan bahwa makin kecil w/c ratio maka makin besar kuat tekan beton yang dihasilkan.</p><p><strong>Kata kunci:</strong> Faktor Air Semen, Kuat Tekan Beton Struktural</p>
scite is a Brooklyn-based startup that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2023 scite Inc. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers