Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan inventarisasi kelayakan lahan budi daya laut yang disajikan dalam bentuk peta tematik (data spasial). Penelitian telah dilaksanakan di TelukSaleh, Kabupaten Dompu pada bulan Juli dan Oktober 2003. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara acak dengan teknik sistematik
Pemilihan lokasi merupakan suatu faktor kunci yang menentukan kesuksesan dan keberlangsungan dalam berbagai macam kegiatan budi daya perikanan. Penelitian ini memanfaatkan teknologi SIG untuk mengidentifikasi kelayakan lahan bagi budi daya KJA. Penelitian telah dilaksanakan diTeluk Pangpang pada bulan Juli dan September 2002. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara acak dengan teknik sederhana.
Climbing perch is one of economically-valued local fish in Indonesia, particularly in Borneo, Sumatra, and Java Islands. The fish has the potential to be developed as freshwater aquaculture species. The purpose of this experiment was to evaluate the production performance and blood profile of climbing perch cultured in peat pond with different stocking densities. The research was conducted in Kereng Bangkiray Village, Sebangau District, Palangkaraya City, Central of Borneo. Nine fish ponds sized 5.0 m x 5.0 m x 1.5 m were used. Nets with a mesh size of 1 cm measuring 2.0 m x 1.5 m x 1.0 m was installed in each fish pond for the experiment. The treatment consisted of different stocking densities, namely 15 fish/m2, 30 fish/m2, and 45 fish/m2. Fish with the body weight of 20 ± 1.25 g were used. Fish were cultured for four months. An artificial diet containing 30% protein was given with a feeding rate of 5%. The experiment was designed in a complete randomized design. The result showed that the production performances (i.e. survival, specific growth rate, absolute weight, and biomass) were significantly higher at the densities of 15 and 30 fish/m2 than that of 45 fish/m2 (P<0.05). Blood profile such as glucose, erythrocyte, leucocyte, and hemoglobin were higher at the density of 45 fish/m2 except for hematocrit which was higher at the densities of 30 and 15 fish/m2. Water quality parameters such as dissolved oxygen, nitrite, nitrate, and ammonia at the densities of 15 and 30 fish/m2 showed better values than that of 45 fish/m2 stocking density. To optimize the productivity and maintain the optimum water quality condition, the optimal stocking density for climbing perch culture is suggested at 30 fish/m2.
Rumput laut merupakan komoditas unggulan ekspor perikanan budidaya di Indonesia. Untuk mempertahankan ataupun meningkatkan produksinya dapat dilakukan melalui perluasan areal budidaya. Pemilihan lokasi yang sesuai merupakan tahapan awal untuk mendukung keberhasilan usaha budidaya rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kelayakan lahan untuk budidaya rumput laut dengan metode apung di kawasan minapolitan Kabupaten Bintan. Data kualitas perairan telah dikumpulkan saat survai lapangan bulan Juli 2010. ALOS AVNIR-2 digunakan untuk mengekstrak data sosial infrastruktur. Data kualitas perairan dan sosial infrastruktur kemudian dianalisis secara spasial dengan sistem informasi geografis dan multi criteria analysis. Hasil analisis spasial menunjukkan bahwa dari total potensial pengembangan (904 km2), sekitar 13% tergolong sangat layak untuk pengembangan budidaya rumput laut. Lokasi dengan kategori sangat layak terkonsentrasi di Pulau Mantang, Telang Kecil, Gin Besar, Numbing, Gin Kecil, Buton, Poto, dan Kelong. Hasil penelitian ini sangat relevan dengan penetapan Kabupaten Bintan, meliputi: Kecamatan Bintan Timur, Mantang, dan Bintan Pesisir, sebagai kawasan sentra pengembangan minapolitan.
Bagi kegiatan Perikanan Budidaya yang berkelanjutan, penentuan kualitas lingkungan yang memiliki resiko penurunan yang kecil sangatlah penting. Pemilihan lokasi yang tepat merupakan langkah penting untuk memastikan keberlangsungan kegiatan budidaya yang berkelanjutan. Penelitian kelayakan lahan usaha budidaya laut telah dilaksanakan di Perairan Lemito. Kabupaten Pohuwanto, Provinsi Gorontalo pada bulan Agustus 2003. Tujuan dari Penelitian ini adalah melakukan analisis kelayakan lahan budidaya laut dengan memanfaatkan data inderaja dan Sistem Informasi Geografis ( SIG ). Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara acak dengan teknik sistematik. Metode PATTERN dan SIG digunakan untuk menganalisis data lapangan ( kualitas air : fisik, kimia, dan logam berat ) dan data inderaja ( Landsat ETM+ ). Hasil survei dan analisis laboratorium menunjukkan bahwa kondisi kualitas perairan ( fisik, kimia dan logam berat ) masih dalam kisaran yang baik. Total luasan daerah penelitian di Perairan Lemito adalah 12.947 ha. Berdasarkan hasil analisis SIG diperoleh lahan pengembangan kawasan budidaya yang sangat layak untuk keramba jaring apung ( KJA ) seluas 342 ha, budidaya rumput laut seluas 1005 ha, dan budidaya kerang mutiara seluas 233 ha.
<p align="center"><strong>ABSTRACT</strong></p><p class="Paragraf">Snakehead <em>Channa striata</em> is a local specific fish species and has high economic value. Until now the production of snakehead still reelies on the catch of nature because cultivation of snakehead is still underdeveloped. The main constraint in snakehead fish farming is high mortality on snakehead juvenile rearing phase. This study was conducted to determine the best stocking density on snakehead juvenile rearing to achieve optimal production. The treatments used in this study were stocking density of 1 juvenile/L, 2 juveniles/L, and 3 juveniles/L. Snakehead juveniles with a length of 3.41 ± 0.39 cm and weight 0.28 ± 0.07 g, were reared for 42 days in the aquarium sized 40×40×40 cm with a volume of 40 L. Fishes were fed by bloodworms in ad libitum<em> </em>method. The result showed that the treatments did not affect the survival, growth and the ratio of RNA/DNA of snakehead juvenile. Survival of juvenile snakehead ranged 92.5‒94.58% (P>0.05). The result of water quality measurement showed that it was on optimum condition to supporting snakehead growth at 3 juveniles/L stocking density. Furthermore, recirculation can be use to maintenance water quality for optimum condition. Thus, the rearing of snakehead fish juvenile in the recirculation system can use a stocking density of 3 juveniles/L, and the recirculation system could maintain the water quality in good condition.</p><p class="Paragraf"> </p><p>Keywords: growth, recirculation system, snakehead fish, stocking density, survival rate</p><p> </p><p> </p><p align="center"><strong>ABSTRAK </strong></p><p class="Paragraf">Ikan gabus <em>Channa striata</em> merupakan ikan spesifik lokal dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sampai saat ini produksi ikan gabus masih mengandalkan tangkapan dari alam karena kegiatan budidaya ikan gabus masih belum banyak berkembang. Kendala utama dalam budidaya ikan gabus adalah tingginya mortalitas pada fase pemeliharaan benih. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan padat tebar terbaik dalam upaya memperoleh pertumbuhan dan sintasan terbaik. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah padat tebar 1 ekor/L, 2 ekor/L, dan 3 ekor/L. Benih ikan gabus dengan panjang rata-rata 3,41± 0,39 cm dan bobot rata-rata 0,28 ± 0,07 g dipelihara selama 42 hari di dalam akuarium berukuran 40×40×40 cm dengan volume air 40 L. Benih ikan gabus diberikan pakan berupa cacing sutera secara ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan padat penebaran yang berbeda tidak memengaruhi sintasan dan pertumbuhan dan rasio RNA/DNA benih ikan gabus (P>0,05). Sintasan benih ikan gabus pada akhir pemeliharaan berkisar antara 92,5‒94,58%. Hasil pengukuran terhadap kualitas air pada kepadatan 3 ekor/L masih dalam kondisi optimum untuk mendukung pertumbuhan benih ikan gabus sehingga sistem resirkulasi yang digunakan dapat mempertahankan kualitas air dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan pemeliharaan benih ikan gabus pada sistem resirkulasi sebaiknya menggunakan padat tebar 3 ekor/L dan sistem resirkulasi dapat mempertahankan kualitas air dalam kondisi baik.</p><p class="Paragraf"> </p><p class="Paragraf">Kata kunci: ikan gabus, pertumbuhan, padat tebar, sintasan, sistem resirkulasi.</p><p> </p>
ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan lahan budidaya kerang hijau menggunakan metode tancap di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Pengumpulan data lingkungan perairan telah dilakukan pada bulan Juli 2010. Data lapangan dan data sekunder lainnya (peta dan data penginderaan jauh) kemudian dianalisis secara spasial dengan sistem informasi geografis (SIG). Lima parameter penting kelayakan lahan dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor lingkungan dan pembatas. Penelitian ini menggunakan sistem skor 1-4, 4 adalah sangat layak dan 1 adalah tidak layak untuk pengembangan budidaya kerang hijau. Hasil analisis SIG menunjukkan bahwa sekitar 46% (23 km 2 ) dari total lokasi potensial (50 km 2 ) tergolong sangat layak. Lokasi ini menyebar sejajar dengan garis pantai dari Kecamatan Kapetakan sampai Kecamatan Suranenggala. Tidak ditemukan lokasi dengan kategori tidak layak. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa lokasi penelitian di Kabupaten Cirebon sangat mendukung untuk pengembangan budidaya kerang hijau.
Waduk Cirata merupakan waduk serbaguna yang terletak di tiga kabupaten yaitu: Purwakarta, Cianjur, dan Bandung Provinsi Jawa Barat, telah mengalami penurunan daya guna akibat pengaruh lingkungan yang terlalu berat. Penurunan daya guna tersebut bisa bersifat fisik, kimia, maupun biologi. Salah satu kontaminan yang masuk ke Waduk Cirata adalah terakumulasinya logam berat di dasar perairan (sedimen). Untuk mengukur konsentrasi logam berat pada sedimen, dilakukan dengan pengambilan contoh sedimen pada bagian hulu, tengah, dan hilir Waduk Cirata. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat tertinggi yaitu: F (besi) konsentrasinya sebesar 29,495 mg/kg, Hg (merkuri) konsentrasinya pada sedimen sebesar 26,83 mg/kg, kemudian disusul oleh logam berat Pb (timbal) sebesar 2,38 mg/kg; dan terakhir logam Cd (kadmium) sebesar 0,29 mg/kg. Tingginya konsentrasi logam berat pada sedimen tersebut dapat berpotensi meningkatkan akumulasi logam berat pada ikan yang dipelihara baik melalui rantai makanan maupun osmeroegulasi. Dari hasil analisis terhadap daging ikan patin ternyata peningkatan akumulasi logam berat terjadi pada akhir pemeliharaan jika dibandingkan dengan awal pemeliharaan. Dampak lain dari tingginya akumulasi logam berat bisa merusak jaringan organ tubuh ikan dan pada akhirnya mengakibatkan kematian ikan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2023 scite Inc. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.